SOLOPOS.COM - ilustrasi pelelangan ikan hasil tangkapan. (JIBI/dok)

Minyak tumpah di laut, tepatnya di Pantai Teluk Penyu berdampak pada menurunnya transaksi di pelalangan ikan.

Kanalsemarang.com, CILACAP- Transaksi pelelangan ikan di delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola Koperasi Unit Desa Mino Saroyo, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, merosot pascaterjadinya tumpahan minyak di Pantai Teluk Penyu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Biasanya, transaksi pelelangan ikan pada bulan Juni sudah mulai ada kenaikan dan rata-rata harian bisa mencapai kisaran Rp50 juta hingga Rp60 Juta per TPI. Akan tetapi sejak terjadinya tumpahan minyak, transaksinya rata-rata hanya mencapai Rp15 juta hingga Rp20 juta per TPI atau turun dari kondisi pada awal bulan Mei yang rata-rata hariannya bisa mencapai Rp40 juta,” kata Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Untung Jayanto di Cilacap, Jumat.

Bahkan sejak terjadi tumpahan minyak di Pantai Teluk Penyu pada akhir bulan Mei, kata dia, di TPI Sentolo Kawat sama sekali tidak ada transaksi pelelangan ikan.

Menurut dia, nelayan-nelayan kecil yang menggunakan alat tangkap payang hanya bisa mencari ikan di sekitar Pantai Teluk Penyu yang terkena tumpahan minyak pada tanggal 25 Mei 2015.

“Nelayan yang menggunakan alat tangkap payang hanya bisa mencari ikan di lokasi-lokasi yang kemarin kena tumpahan minyak. Mereka tidak bisa menjauh, hanya di lokasi itu,” jelasnya.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa nelayan-nelayan modern yang menggunakan kapal berukuran besar bisa mencari ikan hingga jauh sehingga mereka tidak terkena dampak tumpahan minyak.

Menurut dia, wilayah yang sudah banyak ikannya di antaranya Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), Parangtritis, dan Congot.

“Sekarang kan sudah musim angin timur sehingga tumpahan minyak cenderung ke arah barat. Kami belum tahu, apakah tumpahan minyak itu berpengaruh atau tidak di Pangandaran yang berada di barat Cilacap,” katanya.

Ia mengatakan bahwa nelayan-nelayan yang beroperasi di Parangtritis maupun Congot bisa menangkap tengiri, di ZEE berupa cakalang, sedangkan jenis udang di sekitar Kebumen dan Purworejo.

Menurut dia, nelayan-nelayan yang beroperasi di ZEE banyak menjual ikan hasil tangkapan mereka di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap milik Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Lebih lanjut, Untung memperkirakan puncak musim panen ikan akan berlangsung pada bulan Agustus.

Ia mengharapkan saat puncak musim panen ikan tidak terkendala gelombang tinggi dan pengaruh tumpahan minyak sudah hilang sehingga hasil tangkapan nelayan meningkat.

Seperti diwartakan, fasilitas “Single Point Mooring” (SPM) Pertamina Refinery Unit IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusakambangan mengalami kerusakan pada sambungan pipa karet (rubber hose) yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari kapal tanker menuju kilang.

Kerusakan tersebut terjadi pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 22.54 WIB, dan pada saat yang sama sedang dilakukan aktivitas bongkar muat minyak mentah dari sebuah kapal tangker.

Akibatnya, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan.

Pertamina RU IV Cilacap pun segera menerjunkan tim penyelam untuk memperbaikan sambungan pipa karet (rubber hose) dan dapat segera ditangani.

Akan tetapi pada hari Senin (25/5), air Pantai Teluk Penyu tampak hitam akibat adanya genangan minyak mentah yang diduga sebagai sisa dari kebocoran pipa SPM maupun minyak mentah yang tidak terlokalisasi atau terhalang karang saat dilokalisasi sehingga terlepas hingga akhirnya terbawa gelombang ke pantai.

Setelah dilakukan uji laboratorium dan simulasi oleh Pertamina RU IV Cilacap, tumpahan minyak yang mengotori Pantai Teluk Penyu bukan berasal dari SPM.

Hal itu disebabkan, jenis minyak pada SPM berupa “Arabian Light Crude” (ALC) sedangkan tumpahan minyak di Pantai Teluk Penyu berupa “Marine Fuel Oil” (MFO) 180.

Minyak mentah MFO 180 itu diduga berasal dari kapal MT Martha Petrol diketahui kandas di lepas pantai Teluk Penyu dan mengenai batu karang dengan posisi miring hingga lambungnya mengalami kerusakan pada tanggal 3 Mei 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya