SOLOPOS.COM - Seorang pekerja mengambil ampas hasil penggilingan biji klenteng kapuk yang sudah dioleh menjadi minyak di penyulingan minyak milik warga di Dukuh Bunder, Desa Kedungwaduk, Karangmalang, Sragen, Sabtu (12/3/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Minyak klenteng (biji kapuk), hasil produksi warga Dukuh Bunder RT 015, Desa Kedungwaduk, Kecamatan Karangmalang, Sragen, ternyata sudah tembus pasar ekspor. Minyak goreng alternatif buatan Sukarno, 49, ini diekspor ke Jepang sejak lima tahun terakhir.

Namun, sejak tiga perkan terakhir saat terjadi sulitnya minyak goreng di Indonesia, ekspor ke Jepang dihentikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ditemui Solopos.com di kediamannya, Sabtu (12/3/2022). Dia menjelaskan produksi minyak itu sebenarnya sudah 10 tahun terakhir tetapi untuk ekspor ke Jepang baru lima tahun terakhir. Dia menyampaikan harga klenteng sekarang mahal sampai Rp4.000/kg, padahal dulu hanya Rp1.500-Rp2.000/kg.

“Permintaan ekspor ke Jepang itu rata-rata enam ton per 35 hari sekali. Dalam waktu itu, saya bisa memproduksi tujuh ton bila dua unit mesin penyuling klenteng menjadi minyak dioperasikan semua. Dalam sehari dua unit mesin itu bisa memproduksi dua ton klenteng, tetapi hasil minyaknya sekitar 20% atau sekitar 200 kg per selapan,” ujarnya.

Baca Juga: Warga Sragen Sulap Biji Klenteng Menjadi Minyak Goreng Alternatif

Sukarno menyampaikan begitu minyak goreng sulit diperoleh berdampak pada kegiatan ekspor minyak klenteng ke Jepang yang dihentikan oleh Jakarta. Ekspor yang dirutin dilakukan sejak 2017, tetapi sejak tiga pekan terakhir ekspor ke Jepang dihentikan karena kebijakan di Jakarta.

“Sekarang tinggal memenuhi pasar lokal saja, seperti Magelang dan Semarang. Seperti pelanggan kami di Semarang itu berapa pun pasokan minyaknya diterima. Pelanggan Magelang itu biasanya setiap tiga hari sekali berkunjung ke Sragen. Minyak klenteng ini lebih bagus daripada minyak sawit,” ujarnya.

Dia berharap ada pengusaha yang bisa mengolah minyak klenteng ini menjadi minyak goreng yang dapat dinikmati masyarakat. Dia sendiri mengaku agak kerepotan kalau harus mengelola minyak klenteng menjadi minyak goreng. Dia menyebut bila menjadi minyak goreng harganya tinggi, biasa tembus Rp20.000/liter.

Baca Juga: Pelaku UKM Klaten Masih Kesulitan Dapatkan Minyak Goreng

Untuk memenuhi target penyulingan minyak klenteng, Sukarno membutuhkan dua ton klenteng per hari. “Hasil penggilingan dua ton biji kapuk itu maka ternyata berupa minyak yang bening dan nanas. Ampas klenteng ini disukai peternak karena untuk pakan ternak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya