SOLOPOS.COM - Ilustrasi Murid SD (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SOLO – Sejumlah SD Negeri (SDN) di Solo dengan jumlah total siswa kurang dari 100 orang bakal digabung. Pemkot Solo melalui Dinas Pendidikan (Disdik) akan menggabungkan (regroup) sekolah-sekolah tersebut untuk efisiensi pengelolaan pendidikan.

Berdasarkan penelusuran Solopos.com pada data pokok pendidikan (dapodik Kemendikbud), ada sembilan SDN yang jumlah total siswanya kurang dari 100.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di Kecamatan Jebres ada SDN Purwoprajan 1 dengan jumlah total 67 siswa dan SDN Tegalharjo 84 siswa.

Di Kecamatan Laweyan ada SDN Mangkubumen Kulon dengan 80 siswa, SDN Kerten 2 dengan 68 siswa, dan SDN Tegalayu dengan 73 siswa.

Takut Tertular Virus Corona, Warga Natuna Tolak Kedatangan WNI dari Wuhan China

Di Kecamatan Pasar Kliwon ada SDN Lojiwetan dengan 89 siswa dan SDN Gurawan dengan 75 siswa.

Sedangkan di Kecamatan Serengan ada SDN Kartopuran dengan 99 siswa. Sementara di Kecamatan Banjarsari ada SDN Ketelan dengan 98 siswa.

Kepala Disdik Solo, Etty Retnowati, mengatakan minimnya siswa di sekolah tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain populasi siswa di sekitarnya rendah dan minat orang tua menyekolahkan anak mereka ke sekolah swasta.

Cegah Soal Tes CPNS Bocor, Ruang Server LPPKS Karanganyar Disegel

“Penyebabnya bisa saja karena populasinya memang sedikit karena di sekitarnya banyak pertokoan, perkantoran, dan tempat lain, sehingga permukiman sedikit jumlahnya. Selain itu, bisa juga karena orang tuanya memilih sekolah swasta dengan ciri khusus yang sekarang jumlahnya cukup banyak,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (27/1/2020).

Minimnya jumlah siswa di SDN tersebut dinilai Etty Retnowati membuat sistem pendidikan menjadi tidak efisien. Sebab, guru di masing-masing kelas/sekolah tersebut mengampu siswa yang jumlahnya kurang dari 28 anak.

Hantu Virus Corona, Stok Masker Bedah di Solo Menipis

Padahal, batas maksimal dalam satu rombongan belajar adalah 28 siswa. Oleh sebab itu, pihaknya berencana menggabungkan sekolah-sekolah tersebut.

“Solusinya ya digabung. Misalnya siswa kelas I di sekolah A jumlahnya 4 orang dan di sekolah B jumlahnya 13 orang kemudian diampu 1 guru, jika digabung akan lebih efisien,” sambung Etty Retnowati.

Pesona Umbul Udal-Udalan Karanganyar, Asri Banget Loh!

Selanjutnya, guru-guru lainnya bisa dipindahkan ke sekolah lainnya. Demikian pula dengan kepala sekolah, jika digabung maka salah satunya akan diberi jabatan memimpin sekolah lain yang membutuhkan.

Etty Retnowati menambahkan, pada 2020 ini akan ada 13 kepala SD yang pensiun. Artinya, Disdik Solo harus segera mencari pengganti agar sekolah yang ditinggal pimpinannya pensiun tetap memiliki kepala sekolah.

Mengungkap Rahasia Khasiat Cabai Jawa

“2020 akan ada 13 kepala sekolah yang pensiun. Sedangkan saat ini kami hanya memiliki dua kepala sekolah yang siap menjabat. Sehingga penggabungan sekolah ini juga menjadi solusi kebutuhan kepala sekolah, meskipun masih kurang,” ujarnya.

Dalam waktu dekat, akan diadakan seleksi kepala sekolah untuk mengisi posisi-posisi yang masih kosong.

Hati-Hati, Minuman Terlalu Panas Bisa Picu Kanker

Ujian ini sekaligus menjaring kepala sekolah baru untuk dipersiapkan dalam pengisian jabatan tahun berikutnya.

“Tahun 2021 kan ada yang pensiun lagi, makanya kami persiapkan juga dari sekarang,” imbuh Etty Retnowato.

Lowongan Kerja Terbaru, Klik di Sini!



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya