SOLOPOS.COM - Ilustrasi Murid SD (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SOLO – Pemkot Solo melalui Dinas Pendidikan pada 2020 akan menggabung enam SD menjadi tiga. Selain karena minimnya jumlah murid, penggabungan ini betujuan untuk efisiensi dan efektivitas pendidikan.

Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) SD Dinas Pendidikan (Disdik) Solo, Wahyono, mengatakan sekolah yang akan digabung itu antara lain; SDN Mangkubumen Kulon digabung dengan SDN Tegalayu; SDN Tegalharjo dengan SDN Purwoprajan 1; dan SDN Dadapsari dengan SDN Demangan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“SD Mangkubumen Kulon nanti dengan dengan Tegalayu, itu satu kompleks. SD Tegalharjo nanti dengan Purwoprajan 1, dan SD Dadapsari dengan Demangan,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di katornya beberapa waktu lalu.

Menurut Wahyono, kondisi umum sekolah tersebut saat ini minim murid. SD Tegalharjo dan SDN Purwoprajan 1 jumlah total murid di masing-masing sekolah pada kisaran 70-90 orang.

Selain itu, kondisi sarana gedung sekolah-sekolah tersebut juga sudah tidak bagus. Rehabilitasi gedung dinilai kurang efisien karena menelan biaya besar dan yang menikmatinya hanya sedikit.

“Yang jelas kalau sekolah murid sedikit dan gedungnya rusak ya repot. Artinya, kalau muridnya sedikit maka dana BOS [bantuan operasional sekolah] juga sedikit. Sehingga mau perbaikan-perbaikan tidak mampu. Kalau dibangun kan tidak efisien kalau siswanya sedikit. Makanya salah satu ya ditutup dan muridnya digabung di sekolah lainnya,” terang dia.

Meski demikian, Wahyono belum memerinci sekolah mana yang akan ditutup atau yang akan dijadikan lokasi pembangunan.

“Tetapi khusus SD Dadapsari dan Demangan nanti pakai gedung baru yang sudah mulai dibangun. Sebelumnya, SD Dadapsari ini memang sedang dibangun gedung baru di lokasi lain. Tapi karena gedung SD Demangan mau dipakai pengembangan Puskesmas, nanti gedung baru itu ada penambahan untuk siswa SD Demangan,” imbuhnya.

Disinggung penempatan SDM, Wahyono mengatakan guru bisa digabung. Sementara salah satu kepala sekolah yang sekolahnya digabung, ditempatkan di sekolah lain yang pejabatnya memasuki masa pensiun.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Solopos.com di SDN Tegalharjo, jumlah siswa di setiap kelas tidak terlalu banyak. Bahkan kelas IV hanya diisi delapan siswa. Hari itu, dua siswa tidak masuk sekolah sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dipandu guru Novita Sary hanya diikuti enam siswa.

Kondisi bangunan sejumlah kelas terlihat rusak. Lapisan dinding sudah mengelupas dan terdapat bagian plafon yang rapuh.

Sementara itu, Kepala SDN Tegalharjo, Yustika Purwantini, mengatakan sudah mendengar kabar tentang rencana regrouping tersebut. Namun dirinya mengaku tidak tahu lebih banyak informasi. “Katanya begitu [akan di-regroup]. Tapi informasi yang lebih valid ada di Dinas [Disdik Solo],” ujarnya.

Sementara itu, Yustika menambahkan, jumlah murid di sekolahnya dari tahun ke tahun memang tidak banyak.

“Sejak saya pindah ke sini 2016, jumlah muridnya ya segini-segini saja. Mungkin di sekitar sini jumlah anak usia SD juga tidak banyak,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya