SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SUKOHARJO — Kerajinan rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, turun drastis hingga 70 persen lebih. Kondisi tersebut terjadi lantaran para pengrajin kekurangan bahan baku dan tergempur krisis ekonomi global.

Data dari kluster industri rotan Trangsan, menyebutkan sejak 2008, pengrajin rotan juga mengalami penurunan. Semula ada 510 pengrajin, kini yang bertahan hanya 193 pengrajin.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ketua Forum Rembug Kluster Industri Rotan Trangsan, Mujiman, mengatakan para pengrajin yang masih bertahan saat ini pun perkembangan usahanya kembang kempis. Mereka butuh asupan modal segar untuk mengembangkan kembali kerajinan rotan.
“Harus ada campur tangan pemerintah untuk menyelamatkan usaha kerajinan rotan ini, dengan membantu permodalan untuk membeli bahan baku. Kalau tidak ada bantuan ya wassalam,” ujar Mujiman saat ditemui Solopos.com di sela-sela acara reses anggota Komisi VI DPR RI, Aria Bima, di Balaidesa Trangsan, Sabtu (4/5/2013).

Ekspor ke Amerika, beberapa negara eropa dan Australia juga turun drastis. Sebelum terjadi krisis, pihaknya bisa mengirimkan hasil kerajinan rotan hingga 300 unit per bulan. Namun saat ini hanya 30-40 unit per bulan.

“Sekarang banyak pengrajin yang tutup dan tak berproduksi lagi,” ujar Mujiman. Belum lagi para pengrajin harus menghadapi kerajinan rotan dari Cina yang harganya lebih murah.

Pihaknya dulu pernah mengupayakan permohonan dana melalui Komisi II dan IV DPRD Sukoharjo. Namun bantuan tersebut justru dimentahkan. Para pengrajin dan anggota DPRD tersebut juga sempat berkunjung ke Kecamatan Katingan, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah, dalam rangka menjalin kerjasama dengan para penghasil rotan. Dengan adanya kerjasama itu, pihaknya berharap agar masalah bahan baku yang dihadapi pengrajin bisa teratasi.

Selain di Katingan, pihaknya juga menjalin kerjasama dengan para petani rotan di Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Di Barito Selatan ada sekitar 52 sentra pengolah rotan. Semua rotan tersebut dikelola di tepi sungai Barito.

“Sepekan bisa mengasilkan 150 ton rotan. Terakhir kami dikirimi tiga kontainer rotan pada Februari lalu,” terang Mujiman. Ia mengatakan, para pengrajin rotan di Trangsan dipersilakan untuk mengelola sendiri rotan di Barito Selatan. Namun hingga kini belum bisa terlaksana lantaran belum membentuk lembaga resmi yang berada di Barito Selatan. Ke depan bila diperlukan, pihaknya akan membuat sebuah koperasi yang bertempat di Barito Selatan.

Menanggapi keluhan para pengrajin, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima, mengatakan akan merealisasikan bantuan kepada kluster senilai Rp50 juta, Agustus mendatang. Bantuan tersebut untuk memfasilitasi pelatihan para pengrajin agar kualitas dan kuantitas kerajinan rotan bisa meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya