SOLOPOS.COM - Toto tengah menjaring ikan Nila dari kolam miliknya di Dusun Kabunan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Senin (22/6/2015). (Harian Jogja-Sunartono)

Minapolitan Klaten, pasokan air bersih minim menjadi kendala minapolitan Polanharjo.

Solopos.com, KLATEN–Program minapolitan di Kecamatan Polanharjo tak berjalan maksimal sejak 2014. Hal itu disebabkan pasokan air bersih di kawasan tersebut dinilai sangat kurang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Data yang dihimpun Solopos.com, desa yang disiapkan mengembangkan minapolitan, yakni Jimus, Nganjat, Ponggok, Janti, dan Sidowayah. Dari jumlah tersebut, desa yang masih mempertahankan program minapolitan, yakni Desa Nganjat. Selebihnya, program minapolitan berjalan tak maksimal.

“Memang minapolitan yang berjalan hanya di Nganjat. Di sana, ada pasokan air yang berlimpah dari Umbul Ponggok. Air menjadi faktor penting dalam pengembangbiakan ikan, terutama ikan nila. Kalau ada airnya, tapi mandek, itu tak maksimal. Yang dibutuhkan untuk mengembangbiakkan ikan nila adalah air yang mengalir tiap waktu,” kata Camat Polanharjo, Milias Dwi Ariana, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Jumat (19/2/2016).

Menyikapi tak maksimalnya produksi ikan di beberapa desa, lanjut Milias Dwi Ariana, perlu dilakukan pemetaan daerah. Pemetaan tersebut disesuaikan dengan ciri khas masing-masing desa.
“Program minapolitan itu dimulai sebelum 2014. Yang di Nganjat akan terus dikembangkan karena alamnya mendukung. Sedangkan, daerah lain akan dijadikan daerah pendukung, seperti di Jimus untuk pembenihan, Sidowayah untuk pemasaran, dan sejenisnya. Sehingga, minapolitan di sini nanti sifatnya terpadu [tingkat kecamatan],” katanya.

Milias mengatakan pengembangbiakan minapolitan dilakukan dengan menggandeng Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten. Hal itu termasuk pengembangan program mina padi.

“Di Nganjat, mina padi juga sudah berjalan [program mina padi di Nganjat mencapai 12 hektare. Faktor pendukung lahan yang bebas banjir, persediaan air yang berlimpah, lahan lebih baik berupa hamparan, cuaca yang mendukung],” katanya.

Terpisah, Kepala Desa (Kades) Nganjat, Pandu Sudjatmiko, mengatakan produksi ikan nila di Nganjat termasuk yang terbesar di Kota Bersinar. Dalam satu pekan, produksi ikan nila di Nganjat mencapai 10 ton. Pemasaran ikan di Nganjat berada di Klaten, Solo, Jogja, Semarang, Wonosobo, dan daerah lainnya di Jateng.

“Di Nganjat itu menjadi sentra pembesaran. Ada puluhan warga kami yang bergerak di bidang perikanan. Di tempat kami dilakukan sistem menajamen budidaya terpadu. Kunci utama pembesaran ikan nila memang harus mencapai 100-200 liter per detik,” katanya.

Sebagaimana diketahui, produksi ikan di Klaten terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak beberapa tahun terakhir. Produksi ikan 2012 mencapai 11.000 ton, produksi 2013 mencapai 18.000 ton, 2014 mencapai 25.000 ton, 2015 bisa mencapai 26.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya