SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Yudi Suryata, 65, adalah salah satu legenda hidup sepak bola Tanah Air. Ia telah malang-melintang menjadi pemain hingga menjadi pelatih beberapa klub ternama. Kini, ia mendapat amanah menjadi instruktur pelatih oleh PSSI.

Lelaki kelahiran 25 November 1954 tersebut mengawali karir sepak bola bersama Persis Solo pada 1974-1976.Ia lantas hijrah ke Surabaya dan bergabung dengan Mitra. Berkat penampilannya, ia dipanggil menjadi pemain Persebaya Surabaya hingga tim berjuluk Bajul Ijo itu meraih gelar juara Perserikatan pada 1977.

Ia kemudian kembali ke Mitra saat klub itu memutuskan menjadi klub Galatama saat kompetisi profesional tersebut mulai digulirkan pada 1978. Bersama Niac Mitra, Yudi meraih gelar juara Galatama pada 1982 dan 1983.

Namun, pada 1984, suami dari Safari Rustiningsih tersebut hengkang dari Niac Mitra dan berlabuh ke Klub Yanita Utama Bogor.Ia ikut merengkuh trofi juara Galatama pada musim 1983/1984 dan 1984. Setelah Yanita Utama Bogor bubar, Yudi  mulai menekuni karir menjadi pelatih di Gajah Mungkur, Wonogiri.

Yudi lantas kembali ke Surabaya dan menjadi asisten pelatih Niac Mitra. Setelah sang pelatih kepala dipanggil menjadi pelatih nasional, ia pun diangkat menjadi pelatih kepala. Setelah dari Niac Mitra, perjalanan panjangnya sebagai pelatih terus berlanjut. Yudi tercatat pernah menangani Persijap Jepara, Gelora Putra Delta (GPD, sekarang jadi Deltras), PSS Sleman, Persipura Jayapura, PSBI Blitar, Persewangi Banyuwangi, Mitra Kukar, hingga Persis Solo.

“Setelah saya dipecat dari Persis Solo pada Maret 2017, saya merasakan hikmahnya. Saya dipanggil PSSI untuk mengikuti diklat bagi instruktur sepak bola PSSI. Sejak itu saya jadi instruktur,” ujarnya saat ditemui Espos di sela kegiatan diklat pelatih yang digelar Asosiasi Kota (Askot) PSSI Solo di Hotel Sarila Solo, Minggu (17/2) sore.

Sebagai mantan pemain dan pelatih di berbagai klub di Indonesia, Yudi memiliki harapan melihat para pesepak bola Indonesia bersaing atau minimal setara dengan pemain sepak bola Eropa dan dunia. Ia kini berkomitmen menjadi instruktur agar kelak para pelatih yang ia beri pelatihan mencetak generasi emas sepak bola Indonesia. “Pada sisa umur saya ini, saya ingin sepak bola Indonesia sejajar dengan negara-negara dunia,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya