SOLOPOS.COM - Menteri Sosial Tri Rismaharini bertemu denga korban tragedi kanjuruhan di Kantor Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Sabtu (8/10/2022). Mensos juga menyerahkan bantuan untuk keluarg korban tragedi itu. (ANTARA/Asmaul.)

Solopos.com, BLITAR — Tragedi Kanjuruhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) masih menyisakan banyak cerita.

Pada peristiwa itu korban berjatuhan, yakni 131 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya kini masih dirawat di rumah sakit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tragedi itu juga menimpa Muhammad Muzaki Maksum. Remaja 19 tahun yang kini tinggal di Desa Sumberejo, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar itu masih tergolek lemah dengan tangan dan pelipis diperban akibat luka.

Muzaki masih ingat betul, peristiwa 1 Oktober 2022. Bagaimana, ia dengan enam rekannya semangat berangkat ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang untuk menonton tim kebanggaannya Arema FC bertanding melawan Persebaya.

Muzaki mengakui selalu menonton tim kebanggaannya Arema FC jika bertanding. Jauhnya jarak rumah di Kabupaten Bllitar ke Kabupaten Malang, tak menyurutkan semangat untuk melihat langsung dan memberi dukungan pada tim Singo Edan itu bertanding.

Baca Juga : Buntut Tragedi Kanjuruhan, Polri Revisi Regulasi Pengamanan Sepak bola

1 Oktober 2022 sore, ia dengan rekan-rekannya berangkat dari Blitar dengan naik motor. Saat itu hujan.

Awal pertandingan hingga selesai, Muzaki mengakui sangat menikmati. Kendati agak kecewa karena tim kebanggaannya kalah, ia hanya bisa memberikan dukungan agar timnya bangkit lagi.

Terjatuh dan Tertindih

Suasana mencekam justru datang setelah pertandingan, setelah gas air mata menghujani area Stadion Kanjuruhan. Mata perih dan bingung mencari jalan keluar, membuat ia dengan rekan-rekan lainnya ikut berbondong-bondong mencari pintu keluar hingga menumpuk di pintu 12 stadion itu.

“Saat kejadian sempat terjatuh dan tertindih orang-orang. Tangan kanan memar. Dokter menyebut dislokasi,” kata Muzaki seperti ditulis Asmaul Chusna, Minggu (9/10/2022).

Baca Juga : Setelah Penetapan 6 Tersangka, Polri Kejar Perusuh di Luar Stadion Kanjuruhan

Muzaki harus berjuang keras mencari celah keluar. Syukurnya, ia berhasil kendati tangannya mengalami luka dan pelipisnya berdarah.

Yang ada di pikiran Muzaki saat itu adalah mencari pertolongan. Ia mendatangi polisi yang ada di dekatnya, meminta tolong, dan diantarkan ke ruang perawatan di rumah sakit.

“Sudah tidak tahu lagi bagaimana teman-teman. Suasana di stadion saat itu mencekam. Bersyukur langsung mendapatkan perawatan tim medis saat itu,” lanjutnya.

Sudah agak reda, malam berganti dini hari, keluarganya yang ada di Blitar akhirnya diberi kabar. Hingga kemudian, kedua orang tuanya menyusul ke Malang.

Rina Wahyuni, ibunda Muzaki, awalnya resah dengan rencana kepergian anaknya yang pamit hendak menonton laga Arema FC dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga : Korban Luka Tragedi Kanjuruhan 574 Penonton, Rawat Inap Tersisa 36 Orang

Bercita-cita Jadi Polisi

Cuaca di Blitar hujan deras. Sebagai ibu, ia khawatir dengan kondisi anak jika tetap nekat berangkat ke Malang.

“Saat [Muzaki] pamit, terdiam dan berharap anak akan membatalkan pergi menonton bola. Nyatanya, hal itu hanya keinginan [si ibu] saja tanpa jadi kenyataan. [Muzaki] tetap berangkat bersama teman-temannya nonton bola ke Malang,” tulisnya.

Orang tua Muzaki memutuskan membawa pulang anaknya ke Blitar. Pertimbangan itu diambil karena kondisi pasien berjubel di rumah sakit. Muzaki dibawa ke rumah sakit di Kabupaten Blitar.

Kejadian tragis di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, menangguhkan harapan Muzaki dan orang tuanya untuk mendaftar menjadi polisi. Sejak lulus tahun lalu, Muzaki langsung daftar di Polri dan TNI, namun kala itu tidak lolos.

“Kesempatan untuk mewujudkan menjadi polisi terus dicoba. Hingga kemudian, Muzaki mengambil pelatihan khusus sebelum mendaftar untuk mengikuti seleksi. Pelatihan sudah berjalan dua pekan, namun harapan untuk bisa kembali daftar harus tertunda karena insiden ini. Keluarga masih fokus pada upaya penyembuhan dan pemulihan sebelum Muzakki berjuang lagi mendaftar di kepolisian,” ungkapnya.

Baca Juga : Bocah Yatim Piatu Korban Tragedi Kanjuruhan jadi Anak Asuh Giring Ganesha

Hingga kini, lengan kirinya masih diperban akibat luka tertindih suporter lainnya dalam insiden di Stadion Kanjuruhan itu.



Korban Tragedi Kanjuruhan Asal Blitar

Menteri Sosial Tri Rismaharini menyerahkan bantuan untuk korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Bantuan diberikan kepada keluarga korban di Kantor Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Sabtu (8/10/2022).

Ada lima warga Kabupaten Blitar yang meninggal dunia dalam peristiwa itu, 11 orang mengalami luka sedang, dan dua orang lainnya luka berat. Hingga kini, dua orang yang mengalami luka berat masih dirawat intensif di rumah sakit.

Selain data tersebut ternyata masih ada korban lain yang menurut Tagana Kabupaten Blitar belum tercatat. Setidaknya, ada 10 orang korban Tragedi Kanjuruhan asal Blitar yang belum terdata karena mereka baru ditemukan.

Baca Juga : Total Ada 11 Tembakan Gas Air Mata, Tujuh ke Arah Tribune Stadion Kanjuruhan

Tagana Kabupaten Blitar mencatat kondisi para korban masih trauma. Data tambahan itu diutarakan Safin dari Tagana Kabupaten Blitar saat diminta memberikan masukan di hadapan Mensos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya