SOLOPOS.COM - Hanputro Widyono (Istimewa)

Mimbar mahasiswa, Selasa (17/11/2015), ditulis Hanputro Widyono. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret.

Solopos.com, SOLO — Berbekal restu orang tua, sore itu (Jumat, 13/11) saya pergi menonton final pemilihan duta kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), Mas dan Mbak UNS 2015, di Gelanggang Olahraga (GOR) UNS Solo.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Saya ingin menonton sosok-sosok yang akan dijadikan wakil ketampanan dan kecantikan seluruh mahasiswa UNS. Tidak cerdas tidak masalah, yang penting tampan dan cantik! Toh, kebutuhan UNS adalah untuk memperoleh generasi muda yang mampu mengenalkan dan mempromosikan potensi UNS.

Dengan kata lain, untuk menemukan mahasiswa-mahasiswi yang foto wajahnya tidak terlalu memalukan untuk dipajang di baliho, kalender, buku pedoman, dan laman UNS. Semakin banyak wajah tampan dan cantik itu mewarnai hal-hal yang berbau UNS, maka Mas dan Mbak UNS akan menjadi simbol ketampanan dan kecantikan kaum mahasiswa.

Saya percaya jika mahasiswa-mahasiswi UNS memang tampan-tampan dan cantik-cantik. Kalau tidak demikian maka tak perlu diadakan “seleksi” Mas dan Mbak UNS, langsung tunjuk saja. Saya boleh berharap jika nanti lulus kuliah dari UNS, saya yang bertampang biasa saja akan berubah jadi tampan.

Saya berharap berpreditan setampan Mas UNS. “Ngawur, UNS bukan salon, tapi Mas dan Mbak UNS pasti pergi ke salon,” batin saya berperang. Ah, keinginan saya itu jelas tidak mungkin. Ketampanan dan kecantikan memang sering membuat orang lain cemburu.

Tampan, cantik, berwajah pasaran (sedang), maupun jelek itu adalah anugerah yang sulit diubah. Setiap orang diberi kelebihan oleh Tuhan. Kalau Mas UNS lebih tampan daripada saya, sulit bagi saya untuk dapat lulus dari UNS secara layak.

Lebih sulit lagi untuk menjawab pertanyaan, “Kamu sarjana dari UNS kok tidak tampan?” Aduh, saya menjadi sedikit menyesal tidak ikut mendaftar ikut pemilihan Mas dan Mbak UNS. Kalau saya mendaftar dan jadi pemenang, otomatis standar ketampanan mahasiswa UNS mengekor di belakang saya. Dengan begitu, semuanya akan terasa lebih mudah.

Saya berusaha menepis khayalan tersebut agar tetap fokus dan sepeda motor saya tak menabrak orang. Motor bebek yang saya tunggangi melaju pelan lantaran para buruh pabrik yang telah selesai bekerja berhamburan di jalan.

Sayup-sayup, telinga mendengar lagu yang dilantunkan Didi Kempot lewat pengeras suara penjual getuk lindri. Irung mbangir, weke sapa, Mas?/ Irung mbangir ya duwekmu// Lambe tipis, weke sapa,  Mas?/ Lambe tipis ya duwekmu// Janggut nyathis, weke sapa, Mas?/ Janggut nyathis, ya duwekmu// Bangkekane, weke sapa, Mmas?/ Bangkekane, ya duwekmu.

Lirik lagu itu menerangkan ketampanan atau kecantikan itu tidak boleh dimiliki seorang diri. Ketampanan atau kecantikan itu harus dibagikan kepada orang lain agar lebih bernilai dan bermanfaat.

Pemilik ketampanan atau kecantikan itu tentu senang jika orang yang melihatnya jadi tertarik, bahagia, dan syukur-syukur kalau ikut memuji atau bahkan mencintai.

Saya teringat lagu-lagu Indonesia yang mengumbar imajinasi ketampanan dan kecantikan untuk disukai, disayangi, serta dicintai. Ada Lobow lewat lagu Kau Cantik Hari Ini, ada pula Dewa 19 lewat lagu Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia, atau yang lebih menantang ada Blackout lewat lagu Risiko Orang Cantik.

Lagu-lagu menyatakan ketampanan dan kecantikan itu akan diganjar cinta, tetapi UNS mencari mahasiswa yang tampan dan cantik untuk dijadikan alat promosi. [Baca: Berbuat Bodoh?]

 

Berbuat Bodoh?
Menghadiri acara yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS mengingatkan saya pada komentar orang-orang. Pada 2015 ini, semenjak demo dan mendirikan pos koordinasi penjemputan Presiden Joko Widodo (Jokowi), terus mengadakan pemilihan Mas dan Mbak UNS, BEM UNS sering dikatakan “berbuat bodoh”.

Saya tak tahu maksud dari ungkapan tersebut. Daripada penasaran, sambil menunggu acara dimulai, saya mengeluarkan telepon pintar dan mencari tahu maksud ungkapan tersebut di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  versi daring.

Saya ketik kata ”berbuat”. Saya membaca maknanya yaitu mengerjakan (melakukan) sesuatu. Sedikit tak sabar, saya lekas mengetik kata ”bodoh”. Saya membaca maknanya yaitu tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu atau tidak dapat (mengerjakan dan sebagainya).

Jadi, ungkapan ”berbuat bodoh” itu adalah mengerjakan sesuatu yang tidak lekas dimengerti. Saya bergembira karena sekarang sudah tahu maksud ungkapan tersebut. Agar tidak dicurigai penonton yang lain, saya cukup tersenyum saja.

Berdasarkan makna ungkapan tersebut, berarti BEM UNS itu hebat. Bayangkan. Bagi orang lain, seperti Na’imatur Rofiqoh (Solopos, 10 November 2015) untuk mengerti maksud penyelenggaraan pemilihan Mas dan Mbak UNS saja sulit, apalagi diminta untuk menyelenggarakan. Pasti hasilnya kacau balau.

BEM UNS bisa menyelenggarakan acara pemilihan Mas dan Mbak UNS dengan apik. Dhion Ghafara Herputra, mahasiswa Fakultas Pertanian,  didaulat sebagai Mas UNS 2015. Asri Nurcahyaningrum, mahasiswi Fakultas Hukum, didaulat sebagai Mbak UNS 2015.

BEM UNS telah berhasil menemukan simbol ketampanan dan kecantikan mahasiswa UNS. Itu adalah prestasi yang luar biasa. Jadi pantas saja kalau orang-orang menyebut BEM UNS sering “berbuat bodoh”. Hidup mahasiswa!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya