SOLOPOS.COM - Rosyid Adiatma adiatmarosyid@yahoo.com Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Sebelas Maret Penikmat musik underground

Rosyid Adiatma adiatmarosyid@yahoo.com Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Sebelas Maret Penikmat  musik underground

Rosyid Adiatma
adiatmarosyid@yahoo.com
Mahasiswa Pendidikan Geografi
Universitas Sebelas Maret
Penikmat musik underground

Pada era modern seperti saat ini, eksistensi manusia mengalami ketegangan antara kepatuhan terhadap nilai-nilai yang berlaku umum, atau memilih individualitas. Manusia tersisihkan dari eksistensinya yang autentik. Seharusnya manusia menemukan kepenuhan dirinya dalam mengikuti kecenderungan dan perasaannya sendiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai akibatnya seorang manusia akan mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan antara individualitas diri atau kepatuhan pada nilai-nilai normatif yang mengikat kuat tanpa memberikan kebebasan, atau malahan memberikan tekanan-tekanan psikologis. Dalam dilemanya, seorang manusia melakukan berbagai strategi untuk mengelola ketegangan-ketegangan.

Manusia menempatkan dirinya sebagai pelaku kebudayaan yang mengonsumsi benda-benda budaya dan mengelola secara strategis gaya hidupnya. Selain menjadi konsumen kebudayaan, individu juga menjadi pelaku aktif dalam menjalin hubungan dengan unsur-unsur dalam lingkungan kebudayaannya (A.B. Widyanta, Problem Modernitas dalam Kerangka Sosiologi Kebudayaan Georg Simmel, Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2002).

Ekspedisi Mudik 2024

Pandangan dunia tadi telah menepikan manusia dari pusat eksistensinya sehingga menimbulkan kekecewaan dan kegelisahan yang berdampak ketidakbahagiaan, kelelahan, kebosanan, dan keadaan traumatik. Hidup menjadi kehilangan daya gerak untuk meloncat melewati banyak hal tanpa hambatan.

Represi psikologi sebagai akibat penolakan terhadap kondisi yang tak bersahabat telah menumbuhkan efek samping berupa friksi, ketakutan realitas, alienasi, dan perendahan diri. Represi terjadi sebagai akibat pengekangan ruang pribadi untuk terartikulasi menjadi pernyataan diri yang bebas  nilai, sebuah kerja tanpa stimulan kepentingan.

Pentas musik rock dalam acara Rock in Solo adalah peristiwa budaya cukup penting dengan pernyataan pemartabatan manusia melalui pembebasan diri melalu aksi panggung para pengisi acara yang memperagakan  dialog sehat berkenaan dengan isu lingkungan, religiositas, dan kebudayaan. Pengungkapan dialog tersebut dalam peristiwa keseharian sering mendapat hambatan berupa pelarangan-pelarangan.

Pelarangan terhadap pemikiran-pemikiran yang menantang menjadikan  kemacetan pertumbuhan dan kesehatan mental manusia serta akan menimbulkan kegelisahan. Sehingga diperlukan tempat bagi pelepasan kegelisahan seperti Rock in Solo. Pentas musik rock itu menjadi alternatif nilai sekaligus pembebasan kegilaan yang mampu mengembalikan manusia sebagai manusia utuh tanpa represi dan bebas.

Pendekatan dalam Pembacaan

Membaca Rock in Solo melalui pendekatan psikologi eksistensial dan religiositas memberikan acuan untuk menarasikannya dalam tema berlainan yang memberi arti baru terhadap acara itu. Pemaknaan terhadapnya akan membawa penerangan budi.

Psikologi eksistensial menekankan dan mengarahkan manusia untuk menjadi dirinya yang autentik melalui taraf realisasi diri dan sanggup melaksanakan pengintegrasian diri dari corak keberadaan neurotik yang mengerutkan ”dunianya” untuk kembali kepada kebebasan (Henryk Misiak, Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik Suatu Survai Histori, Bandung: PT Eresco, 1988).

Neurotik adalah keadaan terbagi yang menimbulkan ketegangan dalam diri sendiri antara hal-hal yang diterima dan ditolak oleh diri dari hasil konvensi masyarakat yang ditangkap diri dan dijadikan pedoman nilai. Membicarakan Rock in Solo dalam skema ini berarti membicarakan Rock in Solo sebagai terapi psikologis.

Rock in Solo adalah tempat resmi untuk berunjuk rasa dan membebaskan diri dari nilai baik-buruk yang membelenggu, dan terkadang menciptakan friksi dan ketegangan untuk memilih diri yang autentik atau massa otoriter yang begitu saja memaksa manusia untuk tunduk tanpa melakukan pendekatan psikologis terhadapnya.

Nilai baik-buruk yang terpaksa dituruti akan menimbulkan keadaan diri neurotik yang menolak negativitas diri seperti amarah, kekecewaan, kegelisahan, dan kesedihan sebagai hal yang bukan bagian diri yang wajib disingkirkan atau ditekan (represi).

Rock in Solo menjadi penting sebagai simbol terapi psikologi eksistensial yang akan dikenal luas sebagai tempat mengintegrasikan diri. Kemarahan, kegelisahan, dan kesedihan diberi ruang memadai untuk diterima sepenuhnya dan diberikan jalan pengungkapannya.

Pada narasi religiositas, Rock in Solo merupakan tempat mengembalikan setiap manusia kepada kepolosannya yang asli seperti anak kecil melalui teriakan nyanyian dan tariannya. Menurut Y.B. Manguwijaya dalam Ragawidya: Religiositas Hal Sehari-Hari, kembali kepada kepolosan anak kecil berarti diri kita bisa melakukan hal dalam arti sejati, tanpa pamrih, ikatan, kekhawatiran, dan gengsi, seorang anak tidak menyanyi dari perintah di luar dirinya.

Menyanyi baginya adalah hidup, karena terayun gelombang hatinya. Menyanyi atau mendengar orang menyanyi yang serba sejati, serba murni, membuat seluruh jiwa dan kepribadian kita menghayati pelepasan kebinatangan dan kasak-kusuk keseharian yang membelenggu.

Musik underground yang selalu identik dengan kebisingan dan tema-tema kehancuran barangkali adalah nyanyian yang meneriakkan kehancuran jiwa yang patah dan bisa benar-benar merupakan pengharapan yang mampu mengembalikan diri dari kebekuan yang sinis, keji, atau kekosongan, menuju ke kehidupan yang mengangkat diri ke arah lebih tinggi.

Melalui penghayatan nyanyian tanpa pamrih, ikatan, kekhawatiran, dan gengsi akan mampu menampilkan nilai-nilai terdalam ihwal kehidupan dan membawa kebahagiaan. Penghayatan itu akan membawa pengalaman ketubuhan yang indah dan bebas.

Peristiwa itu mengingatkan kembali bahwa manusia bukan hanya daging belaka. Bukan ikan yang akan mati bila diajak bebas di udara. Bukan babi yang tak ambil pusing kecuali makan dan berkembang biak. Dari penghayatan dan kesadaran itu, kembalilah martabat manusia.

 

 

 

 



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya