SOLOPOS.COM - Acara Silaturami bertema Membendung Radikalisme di Kalangan Anak Muda di Hotel Adiwangsa, Laweyan, Solo, Senin (4/5/2021). (Solopos-Ichsan Kholif R.)

Solopos.com, SOLO —K asus bom bunuh diri di Gereja Makassar oleh L, 26, dan penyerangan Mabes Polri oleh ZA, 25, pada beberapa waktu menjadi fenomena baru. Hal itu menjadi fenemona baru karena dua pelaku itu masih tergolong generasi milenial.

Eks narapidana terorisme (napiter), Joko Suroso alias Joko Padang, dalam acara Ngabuburit dan Silaturahmi antara PWI Surakarta, Polda Jateng, dan Yayasan Gema Salam di Adhiwangsa Hotel Solo, Senin (3/5/2021), mengatakan fenomena itu menjadi sebuah catatan tersendiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia menyebut orang tua memiliki peran besar sebagai pencegahan radikalisme pada generasi milenial. Anak milenial cenderung idealis dan akan memperjuangkan pandangan itu hingga terwujud. Termasuk jika anak itu terpapar paham radikalisme. Lalu, sentimen agama sangat mudah dikaitkan untuk masuk ke dalam generasi milenial.

Baca juga: Lebaran Kian Dekat, Gibran Imbau Warga Solo Tahan Diri Jangan Mudik

“Orang tua wajib memperhatikan berbagai aktivitas anak mulai pergaulan, sekolah, hingga tempat ibadah. Semua bisa menjadi sasaran, apa pun latar belakang organisasi masyarakat (ormas) agama apapun,” papar dia.

Mantan jaringan teroris Noordin M. Top itu menyebut momentum atau isu ketidakadilan dan penindasan juga menjadi cara mudah memasuki generasi milenial.

Mengarahkan Pergaulan Anak

Ia mengakui membendung paham radikal di generasi milenial memerlukan waktu lama dan proses panjang. Orang tua dan lingkungan wajib dekat dengan anak-anak untuk mengarahkan pergaulan. Ia mencontohkan kegiatan diskusi yang dihadiri oleh generasi milenial harus diketahui.

Baca juga: Tim Saber Pungli Polresta Solo Tak Proses Hukum Kasus Pungli di Gajahan, Ini Alasannya

Sementara itu, Direktur Amir Machmud Center (AMC), Amir Machmud, mengatakan paham radikalisme itu telah masuk ke seluruh kalangan dan tidak bisa dibiarkan. Ia menyebut radikalisme merupakan paham atau ideologi sehingga tidak bisa hilang.

Sementara itu, Dirintelkam Polda Jateng, Kombes Pol Jati Wiyoto Abadi mewakili Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi, mengapresiasi kegiatan silaturahmi antarpihak itu.

Menurutnya, sinergi antarpihak dan stakeholder sangat diperlukam untuk membendinh radikalisme dan terorisme di Indonesia.

“Kepolisian tidak hanya penegakkan hukum. Sinergi bersama untuk membendung terorisme juga diperlukan. Semoga dengan kegiatan ini bisa berdampak baik memerangi radikalisme dan terorisme,” papar dia.

Baca juga: Viral Video Innova Pelat Merah Halangi Railbus Batara Kresna Di Solo, Ternyata...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya