SOLOPOS.COM - Paramedis dan warga memasukan Ahyani ke dalam mobil ambulan saat pingsan setelah bersepeda di Kampung Ngemplak Sutan, Mojosongo, Jebres, Solo, Jumat (24/10/2014). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Acara Mider Praja yang digagas sejak masa Wali Kota Joko Widodo (Jokowi) dilangsungkan setiap Jumat. Hari ini, Jumat (24/10/2014), Mider Praja digelar dan diikuti segenap jajaran pimpinan di Pemkot Solo dengan menaiki sepeda angin.

Lingkungan RW 037 Kampung Ngemplak Sutan, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo mendadak ramai, pagi itu. Para warga eks bantaran Bengawan Solo asal Pucangsawit itu sibuk menata kursi dan menyiapkan hidangan bagi para tamu kehormatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kajang sudah berdiri lengkap dengan asesorisnya. Panggung lengkap dengan peralatan sound system dan organ tunggal pun siap untuk kegiatan seremonial dan hiburan.

Jumat (24/10) itu menjadi hari spesial bagi 113 kepala keluarga (KK) karena mereka segera menerima sertifikat hak milik (HM) dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sertifikat itu diberikan langsung oleh Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, berserta sejumlah pejabat Balai Kota dan BPN secara simbolis dalam kegiatan Mider Praja.

Satu per satu rombongan pejabat Pemkot memasuki gang sempit di RW 037 itu dengan mengendarai sepeda angin. Tampak sosok Rudy, sapaan Wali Kota Solo, menaiki sepeda balap dengan kaus merah dan bercelana panjang warna hitam di antara para pejabat.

Setelah memarkir sepedanya, Rudy yang tampak ngos-ngosan segera duduk di lincak panjang di pinggir gang itu.

Dengan tarikan nafas yang cukup cepat, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Hasta Gunawan bergegas menghampiri Rudy untuk sekadar ngobrol sembari melepas lelah.

Para pejabat lainnya memilih tempat yang nyaman untuk mestabilkan pernafasan pascabersepeda di medan berbukit. Tiba-tiba terdengar suara bruuuk…! Sosok Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo, Ahyani, terjatuh dari posisi berdiri bersandar pada pilar teras rumah penduduk.

Telepon Terpental

Telepon seluler warna putih terpental dan pecah. Kepalanya sempat membentur polisi tidur dan jalan beton.

Seorang staf Humas Pemkot Solo, Moko, yang berada di sebelahnya sontak meraih tubuh Ahyani diikuti warga dan pejabat lainnya. Tubuh jangkung lelaki beruban itu dibawa ke tempat teduh. “Tolong ambilkan air putih hangat!” teriak Moko.

Tubuh Ahyani yang lemas tak sadarkan diri itu direbahkan dengan posisi kepala di dada Moko. Setelah beberapa menit, mata Ahyani pelahan terbuka. Warga pun segera memberi minuman hangat dengan harapan kondisi Ahyani segera pulih.

Rudy yang semula duduk di lincak segera bangkit dan memeriksa keadaan Ahyani. “Tolong panggilkan petugas puskesmas dan ambulan! Cepat…!” perintah Rudy kepada stafnya.

Beberapa warga tampak menyingkirkan sepeda dan motor di pinggir gang untuk lewat mobil ambulan. “Ada yang tahu sepedanya Pak Yani,” celetuk seorang pejabat.

Beberapa menit kemudian, mobil ambulans berpelat merah pun datang. Sebuah sepeda angin dengan selebor yang patah dikeluarkan dari ambulan. Sebuah tandu dorong juga dikeluarkan.

Tubuh Ahyani yang masih lemas tak berdaya segera dinaikan ke tandu dan dimasukkan ke ambulans. Ahyani langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.

“Pak Ahyani pingsan tadi karena tekanan darahnya naik mendadak. Mungkin karena naik sepeda dengan tanjakan tinggi yang dipaksakan. Oh ya, kepala bagian belakang sempat berdarah karena benturan keras pada jalan cor-coran itu,” kata Moko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya