SOLOPOS.COM - Bupati Yuni Sukowati didampingi tiga asisten dan Kepala Dispora Sragen menyeruput teh bersama sebagai acara simbolis pembukaan SCF #7 di kompleks Setda Sragen, Jumat (13/5/2022). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pemkab Sragen menggelar festival teh yang diberi nama Sragen Createa Festival pada Jumat-Minggu (13-15/5/2022). Agak sedikit ironis memang mengetahui fakta Sragen yang sama sekali tak punya kebun teh menggelar festival teh.

Lantas apa tujuan Pemkab Sragen menggelar festival teh ini?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Sragen, Yuniarti, festival teh ini tujuan utamanya membangkitkan jiwa kewirusahaan di bidang per-teh-an. Terutama dalam meracik teh.

Ekspedisi Mudik 2024

“Selain itu bisa menginspirasi dan menambah pengetahuan tentang teh untuk menggerakan ekonomi di Sragen. Banyak komunitas pecinta teh dalam kegiatan ini. Setidaknya ada 20 stan dari pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) teh dan UMKM lainnya yang berpartisipasi dalam SCF ini,“ jelasnya di hari pertama festival, Jumat lalu.

Sementara Bupati Sragen, Kusdiar Untung Yuni Sukowati, melalui festival ini menginginkan Sragen memiliki teh khas Sragen dengan cita rasa yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Meskipun tak memiliki kebun teh, Sragen memiliki master teh dengan 118 jenis cha chui (resep racikan) teh.

Yuni mencoba beberapa teh yang disajikan dalam SCF itu. Yuni pun bingung karena tak bisa membedakan rasa teh. Hanya ketika mencoba teh melati ada sensani wangi yang berbeda, teh buah ada rasa manis, ada juga racikan teh yang pahit. “Saya belum menemukan teh yang pas. Pak Heru, master teh Sragen itu, beliau yang meracik teh. Harapannya beliau bisa meracik teh khas Sragen,” katanya.

Baca Juga: Heru Purwanto Klaim Temukan Racikan Teh Khas Sragen

Heru yang dimaksud Bupati Yuni adalah Heru Purwanto, pria asal Srimulyo, Kecamatan Gondang, Sragen yang disebut-sebut sebagai master teh. Heru lah yang punya 118 cha chui.

Kode JTF

Dalam festival itu, Heru diminta untuk membuat racikan teh khas Sragen oleh Bupati. Heru pun membuatkannya. “Kode lokal hijau+JTF, akhirnya teh dengan kode itu menjadi pilihan Ibu Bupati,” kata Heru.

Teh itu dibuat dengan bahan dasar teh hijau lokal yang disepuh dengan melati pesisir. Teh itu yang menjadi teh khas Sragen. Teh tersebut memiliki cita rasa sedap, sepet, wangi, segar. Kode JTF merupakan kode order untuk cha chui atau resep yang akan dimasak dengan mesin rotary drier.

Kode khas Sragen ini pernah di jual anggota Sragen Communitea dalam Sragen Createa Festival lalu. Teh dengan cita rasa khas lidah wong Bumi Sukowati ini dijual warung Japa Teh Sragen dan Oboy Teh Sragen. Selama festival itu, teh pilihan Bupati ini bisa laku 90 liter atau setara dengan 360 cup atau cangkir plastik.

“Untuk kelanjutan teh khas Sragen itu masih menunggu respons dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sragen. Mereka rencananya membuat mesin untuk memasak teh khas Sragen ini di Sragen Technopark Ganesha Sukowati,” ujar Heru saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Selasa (17/5/2022) lalu.

Baca Juga: Sragen Punya Master Teh yang Bisa Bikin Racikan Seharga Rp250 Juta/kg

“Pengadaan mesin menjadi kunci untuk memproduksi teh khas Sragen ini. Kalau ada mesinnya, kami bisa bikinkan teh dengan skala banyak.”

Sebagai awalan dalam pengembangan teh khas Sragen, Heru mengajukan permohonan pengadaan satu unit produksi dengan 12 tenaga kerja dan rotary drier atau mesin pengering berkapasitas 50 kg. Tetapi pemakaiannya nanti hanya 17 kg. Kebutuhan anggaran untuk pengadaan mesin rotary drier yang diajukan Heru senilai Rp85 juta.

“Kalau ada mesin rotary drier di Technopark Sragen maka teman-teman komunitas teh bisa melanjutkan masak teh di Technopark. Mesin yang saya miliki kapasitasnya kecil, paling hanya bisa 4,5 kg. Saya kalau memasak teh skala besar saya bawa ke pabrik teh Ngawi dengan membayar Rp7.000/kg,” ujarnya.

Jika Pemkab Sragen bisa memiliki mesin rotary drier, Heru yakin bisa dimonetisasi dan menghasilkan pendapatan daerah. Mesin tersebut bisa disewakan dan pengoperasioannya pun butuh tenaga khusus.

Tea Garden

Di sisi lain, Heru berangan-angan bisa membuat semacam pesta teh atau tea garden di Technopark Sragen karena lingkungannya mendukung untuk minum teh di kebun. “Sragen bisa memiliki teh khas sendiri. Meskipun tak punya kebun teh. Posisi Sragen dekat dengan Kebun Teh Kemuning di Kabupaten Karanganyar dan Kebun Teh Candiloka, Jamus, di Kabupatan Ngawi,” katanya.

Kepala Disnaker Sragen, Muh. Yulianto, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (19/5/2022), mengaku akan menindaklanjuti memproduksi teh khas Sragen. Hal itu akan diwujudkan dengan menggelar pelatihan dan kemudian proses produksi teh. Peralatan produksinyaakan ditempatkan di Technopark Sragen.

“Untuk tehnya, setiap komunitas sudah memiliki formula sendiri-sendiri. Kami terus mengembangkan teh itu sehingga bisa mencapai rasa yang benar-benar khas wong Sragen. Pelatihan teh itu kemungkinan bulan depan sudah dimulai. Sekarang kami masih proses pesan alat pengolahnya,” jelasnya.

Baca Juga: Bolehkah Hanya Minum Teh Saat Sahur? Perhatikan Ini

Sebagai awalan. Disnaker akan mengadakan satu mesin rotary drier dengan anggaran Rp80 juta. Mesin itu bisa dipakai bergantian dan operasional akan melibatkan komunitas teh di Sragen.

Dia mengatakan mesin yang diproduksi bisa untuk memasak 15 kg teh. “Teh-teh yang dijual dalam Festival Teh Sragen itu masih menggunakan nama sesuai dengan peracik masing-masing. Kami akan buat formula teh khusus untuk teh khas Sragen,” ujarnya.

Bupati Yuni pun masih belum punya nama teh khas Sragen yang cocok. Sempat menyebut nama Teh Sukowati, tetapi di salah satu anggota Sragen Communitea sudah memiliki teh yang namanya Teh Sukowatea di Omah Lawas, Mojo, Sragen Kulon, Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya