SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Investasi pepesan kosong, nampaknya tengah marak terjadi di sekitar kita, termasuk di kawasan Jogja dan sekitarnya. Tentunya ingatan kita masih segar dengan “tersangkutnya” dana bernilai miliaran rupiah milik investor Jogja pada produk bodong Antaboga Sekuritas, yang selama ini dijual para marketer Bank Century.
Menurut pemberitaan, tidak kurang Rp70 miliar dana investor Jogja nyangkut di produk investasi bodong itu. Konon di dalamnya, ada dana puluhan miliar rupiah dana milik sebuah yayasan sosial yang ”kebrangus” tawaran imbal hasil tinggi.
Secara nasional, duit yang nyangkut pada produk Antaboga mencapai Rp1,4 triliun. Proses pengembaliannya, masih terus diurus. Saat ini, para investor ini tengah mengupayakan pengembalian dana-dana yang sudah ditilep oleh sang pemilik perusahaan itu. Kasus serupa, juga terjadi pada para investor saham yang ditilep oleh pemilik Sarijaya Permana Sekuritas, Herman Ramli. Dana mereka sebesar Rp245 miliar berpotensi menguap begitu saja. Itu baru kasus yang menimpa para nasabah kakap, yang memiliki dana di atas Rp1 miliar.
Investasi pepesan kosong papan bawah juga tak kalah serunya. Menurut data yang dihimpun penulis selama ini, penipuan (investasi) skala kecil-kecilan seringkali terjadi. Entah itu dilakukan oleh oknum/lembaga berkedok kospin, arisan, penjualan berjenjang (MLM), bank gelap, hingga kredit berbunga super-tinggi bahkan terakhir adalah lembaga koperasi yang bernapaskan keagamaan.
Korbannya, tentu saja adalah investor kelas teri (gurem). Pendek kata, penipuan berkedok investasi, sering terjadi dimana-mana, tak mengenal ukuran, mulai dari skala gurem hingga skala kakap. Oleh sebab itu, kita semua harus mewaspadai malpraktik investasi di sekitar kita. Bagaimana caranya?          
Edukasi investasi
    Satu persoalan mendasar yang seringkali muncul adalah karena adanya keawaman masyarakat tentang masalah investasi. Terlebih bagi para investor pemula, seringkali keblinger dan terbuai oleh berbagai tawaran dan bujuk rayu seseorang (atau lembaga resmi) yang menjanjikan keuntungan besar dalam tempo singkat. Terlebih apabila yang menawarkan adalah teman (sahabat) atau orang-orang yang dekat dengan calon investor, maka dengan gampangnya sang investor itu melepaskan uang untuk sebuah investasi yang (mungkin) belum benar-benar dikuasainya.
    Tak aneh, kalau kemudian banyak investor yang keblinger menginvestasikan uangnya demi menggapai imbal hasil tinggi. Inilah harapan ambisius, yang mampu menghipnotis investor untuk membenamkan dananya, tanpa proses analisis dan penelitian yang mendalam tentang produk yang dibeli maupun penjual (pemasar) produknya. Inti dari terjadinya investasi pepesan kosong adalah pertemuan antara penjahat keuangan dengan investor yang awam, namun ”kemaruk” untuk mendapatkan keuntungan besar dalam tempo singkat. Kalau keduanya melakukan deal investasi, maka ujungnya adalah malapetaka yang bertajuk: malpraktik investasi.
    Menghadapi situasi semacam ini, satu hal yang mendesak dilakukan adalah perlunya proses edukasi investasi kepada para calon investor (investor pemula). Di kota Jogja ini, banyak lembaga penelitian ataupun kampus-kampus yang bisa menyelenggarakan pendidikan tentang cara dan kiat berinvestasi secara sehat dalam bentuk apapun. Tentunya, melalui wahana semacam semisal, lokakarya dan sejenisnya, para ahli ini bisa memberikan pencerahan tentang masalah investasi bagi para pemula dan investor yang memang ingin membiakkan uangnya secara aman dalam berbagai bentuk portfolio. Masyarakat awam, tentunya akan dengan senang hati mengikuti program semacam ini.
    Tak hanya itu, para investor sudah selayaknya memiliki penasihat (perencana) keuangan, yang bisa ikut mengatur berbagai bentuk investasi yang akan dilakukannya. Dengan cara itu, si investor setidaknya akan menikmati proses edukasi secara tidak langsung, sewaktu mereka diskusi tentang investasi yang akan dilakukannya. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka akan menjadi cerdas dan pintar berinvestasi. Mereka tidak akan gegabah untuk mengumbar dananya dalam berbagai bentuk investasi yang tidak jelas juntrungannya.
Tips berinvestasi
    Investasi pepesan kosong tidak akan tumbuh subur di tengah-tengah investor yang cerdas. Untuk itu, hal mendesak lain yang perlu diupayakan adalah menyebarluaskan tips-tips yang bisa dilakukan investor agar tidak tertipu lagi di kemudian hari. Beberapa tips untuk menghindari investasi bodong diantaranya:
Pertama, hati-hati dengan penawaran investasi yang memberikan ”janji-janji surga” akan imbal hasil (keuntungan) tinggi di atas rata-rata pasar, dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sebab, kemungkinan besar penawaran tersebut memang berupa janji-janji kosong belaka. Investasi yang benar, pasti terukur imbal hasilnya (reasonable), dan dipupuk seiring dengan berjalannya waktu (tidak instans). Semakin tinggi imbal hasil yang diharapkan, maka potensi risikonya akan semakin besar.
Kedua, jangan pernah langsung termakan bujuk rayu para pemasar/penjual yang memaksa Anda untuk membuat keputusan investasi saat itu juga, sekalipun penjual tersebut adalah orang yang Anda kenal baik sejak lama. Sebuah keputusan investasi harus melalui berbagai analisis dan kajian yang mendalam, termasuk meminta second opinion dari orang-orang yang lebih mengerti masalah investasi ini. Jangan segan-segan untuk mencari tahu dari orang atau lembaga yang kredibel di bidang investasi.
Ketiga, perusahaan investasi tipuan biasanya akan menunjukkan kepada Anda profil perusahaan yang tampak profesional dengan harapan dapat meyakinkan Anda akan kredibiltas mereka. Tapi, apabila Anda baca dengan saksama, terdapat banyak kejanggalan, seperti ketidakjelasan manajemen pengurus atau kinerja investasi. Untuk perusahaan semacam ini, Anda harus dengan tegas menolaknya. Jangan pernah berkompromi dengan perusahaan-perusahaan yang kelihatannya indah ”casing”nya, namun isinya ternyata sangat amburadul.
Keempat, Anda sepatutnya berhati-hati bila menerima penawaran investasi tanpa izin dari Bapepam-LK atau Bank Indonesia (BI), Kementrian Koperasi dan UKM atau lembaga semacam YLKI, Ombudsman Swasta atau lembaga advokasi konsumen lainnya. Hanya dengan cek and recek semacam ini, kita semua akan dapat aman berinvestasi.
Jangan lupa, di tengah semakin canggihnya berbagai bentuk investasi, akan memancing banyak penjahat keuangan untuk ikut mengail di air yang keruh. Maka kata waspada adalah kata kunci yang tepat untuk dilakukan sekarang ini.

Oleh Susidarto
Manajer Operasional Bank Panin Jogja

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya