SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Keberadaan Sistem Penyediaan Air Minum Dusun (Spamdus) merupakan sarana yang vital bagi masyarakat Gunungkidul

 

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Keberadaan Sistem Penyediaan Air Minum Dusun (Spamdus) merupakan sarana yang vital bagi masyarakat Gunungkidul untuk mengatasi krisis air di musim kemarau. Namun demikian, tidak semua spamdus ini berjalan dengan lancar.

Data dari Pengelola Air Minum Masyarakat (Pamaskarta) Gunungkidul hingga sekarang terdapat 288 spamdus. Hanya saja, dari jumlah tersebut tidak semua beroperasi karena ada sepuluh spamdus yang kondisinya mati suri.

Ketua Pamaskarta Gunungkidul Damanhuri mengatakan, sepuluh spamdus yang tak beroperasi ini berada di sejumlah kecamatan seperti Girisubo, Tanjungsari dan Purwosari. Ada beberapa penyebab yang membuat spamdus tidak berfungsi dengan baik, salah satunya dikarenakan medan yang sulit sehingga pengangkatan air tidak berjalan dengan optimal.

“Selain itu ada juga masalah menyangkut dengan kepengurusan hingga keberadaan sumber daya manusia yang belum bisa memanfaatkan teknologi yang dimiliki,” kata Damanhuri kepada Harianjogja.com, Selasa (29/8/2017).

Dia menyontohkan, salah satu Spamdus yang mati berada di Desa Giricahyo, Purwosari. Damanhuri tidak menampik di wilayah ini terdapat sumber mata air yang terdapat di sebuah luweng.

Dari sisi potensi, keberadaan sumber juga sudah dimanfaatkan dengan mengangkat air menggunakan tenaga surya. Namun demikian, sambung dia, teknologi ini belum sepenuhnya dikuasai oleh pengelola sehingga keberadaannya belum dapat dimaksimalkan.

“Kami sudah coba memberikan pendampingan. Namun masalah lain muncul, lokasi yang sulit [masuk ke luweng harus turun sejauh 40 meter] membuat upaya pengelolaan ulang belum membuahkan hasil,” ujarnya.

Meski ada sejumlah Spamdus yang mati suri, namun Damanhuri mengaku hal tersebut bukan masalah. Ini lantaran, mayoritas spamdus yang ada beroperasi dengan normal. “Dari 288 spamdus yang terdata, yang mati hanya sepuluh. Jadi kondisi itu masih dikategorikan bagus,” ungkap dia.

Menurut Damanhuri, keberadaan spamdus memberikan banyak manfaat bagi masyarakat untuk mengatasi masalah air saat musim kemarau. Terlebih lagi, lanjut dia, cakupan pelayanan PDAM yang belum menjangkau seluruh wilayah, maka spamdus menjadi salah satu alternatif mengatasi krisis air.

“Kalau dilihat dari sisi potensi, kita [Gunungkidul] memiliki potensi yang beasr, tapi belum dimanfaatkan dengan bagi. Untuk itu, keberadaan spamdus sangat bermanfaat dalam pemenuhan air bersih kepada masyarakat,” imbuhnya.

Pembina Spamdus Umbul Tirto, Dusun Banaran, Beji, Ngawen Eko Rustanto mengatakan, krisis air bersih di wilayah Ngawen sudah semakin kecil. Hal ini tidak lepas dari keberadaan spamdus yang tersebar hampir merata di seluruh desa. “Sudah ada 50 spamdus. Sedang sisanya 16 dusun belum punya instalasi sendiri,” kata Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya