SOLOPOS.COM - Heni Irawati, 47, pedagang pecel tumpang Mbok Jami sibuk melayani pembeli yang antre di depan warungnya di salah satu kios dalam Pasar Bunder Sragen, Kamis (29/6/2017) pagi. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pecel tumpang Mbok Jami di Pasar Bunder Sragen yang khas itu terkenal hingga pernah dikunjungi Jokowi. Namun, harganya tetap wajar.

Solopos.com, SRAGEN — Dua buah baskom berdiameter 50 cm itu biasanya berisi bacem tahu dan telur. Kini, hanya sedikit kuah berwarna cokelat yang tersisa. Dua panci alumunium berdiamter 30 cm yang masih terisi sayur tumpang dan pecel. Padahal jarum jam baru menunjukkan pukul 08.00 WIB. Kendati tinggal tersisa pecel dan tumpang, sejumlah pelanggan masih setia mengantre.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini giliran siapa, ya? Buburnya sudah habis,” ujar Heni Irawati, 47, pedagang pecel tumpang Mbok Jami, yang sibuk meladeni para ibu di kios Pasar Bunder Sragen, Kamis (29/6/2017) pagi. Tak sedikit pelanggan yang ingin duluan diladeni karena khawatir tidak kebagian pecel tumpang yang terkenal khas Bumi Sukowati itu.

“Bu, kula namung kalih sekul tumpang mawon [Saya hanya dua bungkus nasi tumpang saja],” seloroh salah satu ibu yang tidak sabar mengantre. Namun seloroh si ibu itu hanya dijawab dengan satu kata “sabar” oleh Heni. Buyut Mbok Jami asal Kampung Purwo Asri RT 040/RW 016, Kelurahan Kroyo, Karangmalang, Sragen, tetap melayani pembeli sesuai nomor urutnya.

“Sejak tadi pagi antreannya banyak ya, Bu?” tanya pembeli lainnya. Bukan hanya antre bahkan Heni menjawab penjualnya sampai tidak kelihatan karena dikerumuni pembeli. Heni menyampaikan maksimal pukul 08.30 WIB sudah habis. Padahal Heni mulai buka warungnya pada pukul 05.30 WIB. Praktis Heni hanya berjualan pecel tumpang selama tiga jam.

Pecel tumpang Mbok Jami menjadi kelangenan para perantau asal Sragen yang pulang kampung atau mudik saat momentum Lebaran. Heni merupakan generasi keempat dari Mbok Jami yang menciptakan menu masakan sederhana khas Sragen itu. Setelah Lebaran, Heni baru membuka warungnya pada Selasa (27/6/2017) lalu. Baca juga: Bayar Rp365.000 di Nasi Liwet Bu Wongso Lemu, Warganet Ini Kaget.

Selama tiga hari terakhir, antrean pembeli selalu mengular. Situasi tersebut diprediksi Heni sampai Minggu atau Senin saat para pegawai negeri sipil (PNS) mulai masuk kerja dan para pelajar mulai masuk sekolah.

Pada hari biasa, Heni biasanya hanya menghabiskan beras sebanyak 30 kg, tetapi selama tiga hari terakhir Heni bisa menghabiskan 70 kg beras. Tempe mejem yang menjadi bahan dasar tumpang yang biasanya hanya habis 20-25 batang ternyata bisa ludes sampai 50 batang. Tempe mejem merupakan tempe yang tidak basi dan tidak masak yang dibungkus dengan daun jati dengan diameter 10 cm dan panjangnya 15-20 cm.

“Jumlah pembelinya boleh dibilang meningkat sampai 400%. Ya, kebanyakan para perantau yang pulang kampung dan kangen dengan pecel tumpang Mbok Jami. Saya sendiri juga heran kenapa mereka mau-maunya antre. Saya sendiri kalau disuruh antre lebih baik tidak beli atau masak di rumah lebih cepat dinikmati anggota keluarga,” ujar istri dari seorang guru di SMK PGRI Sragen itu di rumahnya. Baca juga: Harga Nasi Liwet Bu Wongso Lemu Dikeluhkan, Pemkot Solo Tak Berkutik.

Untuk membantu melayani pembeli, Heni memiliki sembilan orang tenaga. Mereka yang membantu membungkus nasi pecel tumpang dan memberi uang kembalian. Selama momentum Lebaran, omzet yang didapat Heni melejit. Pada hari biasa hanya mendapat Rp2,5 juta-Rp3 juta per hari. Kini, hanya dalam waktu tiga jam saja, Heni mampu mengumpulkan omzet sampai Rp8 juta. Padahal harga jual pecel tumpang Mbok Jami tak begitu mahal.

Heni memang menaikan harga jual pecel tumpang buatannya, tetapi kenaikan harga itu disesuaikan dengan kenaikan harga bahan bakunya. Nasi pecel tumpang biasa dijual dengan harga Rp4.000/bungkus, atau hanya naik Rp500/bungkus dari hari biasa seharga Rp3.500/bungkus.

Nasi pecel tumpang plus telur dijual dengan harga Rp7.000/bungkus dan nasi pecel tumpang telur plus tahu Rp8.000/bungkus. Kalau hari biasanya nasi pecel tumpang telur plus tahu hanya Rp7.000/bungkus.

Para pelanggan berasal dari kalangan pejabat, pengusaha, dan masyarakat umum. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjabat Wali Kota Solo, kenang Heni, sering memesan nasi pecel tumpang darinya.

“Sekarang setelah menjadi Presiden sudah tidak pernah lagi. Kalau pejabat Sragen sudah langganan rutin. Setiap Jumat pasti saya hanya melayani permintaan atau pesanan dari Pemkab Sragen. Bupati Sragen kalau ada tamu juga minta pesan di tempat saya. Para pejabat itu mau berdiri dengan menyangga pincuk daun jati dan daun pisang sambil makan nasi pecel tumpang buatan saya,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya