SOLOPOS.COM - Warung makan Nila Kencana di Desa Sendang, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, buka selama PPKM level 4. Foto diambil belum lama ini. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemilik warung kuliner di kawasan wisata Waduk Gajah Mungkur atau WGM Wonogiri tetap membuka usaha selama pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4.

Mereka tetap buka meski tak dapat untung. Usaha dibuka agar pekerja bisa tetap bekerja dan mendapatkan penghasilan meski minim. Hasil usaha hanya mampu memberi keuntungan kecil yang hanya cukup untuk upah pekerja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Misi sosial itu dilakukan Sugiyanto, pemilik warung makan Nila Kencana di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri. Kepada Solopos.com, belum lama ini, Sugiyanto mengatakan usaha selama PPKM darurat hingga level 4 ini sulit berkembang.

Baca Juga: Kebutuhan Elpiji 3 Kg di Wonogiri Meningkat Lebihi Stok Pangkalan, Ada Apa Ya?

Jika kondisi terus seperti ini banyak usaha kecil termasuk warung kuliner kawasan WGM Wonogiri yang akan gulung tikar. Selama PPKM darurat 3-25 Juli lalu, Sugiyanto menutup warung makan berkonsep wisata miliknya tersebut.

Setelah itu ia membuka warung makannya setelah pemerintah sedikit melonggarkan aturan saat menetapkan PPKM berdasar level, 26 Juli-2 Agustus. Sugiyanto tak tega jika harus membiarkan pekerjanya tak bekerja yang otomatis tak memperoleh pendapatan.

Pendapatan Menurun

Ia memiliki 12 pekerja utama. Dengan sangat terpaksa ia hanya mempekerjakan tujuh pekerja selama PPKM level 4 ini. Hal itu lantaran penjualan minim.

Baca Juga: Remaja Wonogiri Meninggal dalam Bus dari Jakarta, Hasil Tes Positif Covid-19

Pada kondisi sebelum PPKM, Sugiyanto mampu memperoleh pendapatan Rp2 juta/hari dari usaha warung kuliner kawasan WGM Wonogiri.

Saat ini hanya memperoleh 30 persen hingga 50 persen dari pendapatan itu. Jika egois atau memikirkan diri sendiri, ia memilih menutup warung makannya.

“Saya enggak mendapat turahan [keuntungan], hanya cukup buat upah pekerja. Enggak masalah, yang penting mereka [pekerja] punya kegiatan [bekerja]. Kasihan mereka. Ini saja ada pekerja lainnya yang enggak bisa ikut bekerja di warung saya,” kata Sugiyanto.

Baca Juga: Anak Jadi Yatim Piatu karena Covid-19, Pemkab Wonogiri akan Buat Program Khusus

Selain memiliki warung kuliner, Sugiyanto memiliki usaha budi daya ikan di WGM Wonogiri. Dia masih mendapatkan penghasilan dari usaha tersebut. Namun, usaha itu semakin tertekan karena permintaan terus turun.

Pesanan Ikan Berkurang

Biasanya Sugiyanto menjual ikannya ke pengepul di sejumlah daerah di DIY. Selama pandemi Covid-19 hingga akhirnya diterapkan PPKM darurat hingga level 4 permintaan terus turun.

Hal itu karena tingkat konsumsi ikan juga turun seiring turunnya daya beli masyarakat. Selama PPKM level 4 Wonogiri ia tak bisa memberlakukan makan di tempat selama 20 menit bagi konsumen sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Baca juga: Sehari Cuma Dapat 10 Orang, Ini Tantangan Vaksinasi bagi Difabel di Wonogiri

“Mungkin tujuan utama pembatasan waktu 20 menit ini agar masyarakat tidak berlama-lama saat makan di warung. Saya kira konsumen sudah memahami apa yang harus mereka lakukan dalam kondisi seperti ini. Tanpa diminta pun mereka dengan sendirinya tak berlama-lama. Kami menekankan agar konsumen dan pekerja disiplin terapkan protolol kesehatan,” ulas Sugiyanto.

Terpisah, pekerja usaha mebel di Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Yuda, mengaku bersyukur hingga sekarang masih bisa bekerja. Ia memahami betul usaha yang dijalankan pemilik mebel sedang sulit.

Sampai akhirnya pemilik merumahkan beberapa pekerja. Ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir agar ekonomi bisa bangkit lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya