SOLOPOS.COM - Bayi Mesi Farel Bramasta yang lahir tanpa anus di Madiun. (Madiunpos.com/Abdul Jalil).

Solopos.com, MADIUN – Bayi yang lahir tanpa anus, Mesi Farel Bramasta, butuh bantuan dana. Orang tua bayi itu bekerja sebagai buruh bangunan di Timika, Papua, kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bayi tanpa anus tersebut kini tinggal bersama ibunya, Indria Fitri, di rumah kakeknya, Harjo Ismani, di RT 010/RW 004, Desa Kwangsen, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Harjo Ismani sendiri saat ini mengalami strok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Fitri mengatakan, dirinya saat ini membutuhkan biaya cukup besar untuk merawat anak keduanya yang mengalami kelainan saat lahir. Apalagi selama ini Mesi minum susu formula, sehingga pengeluaran pun membengkak untuk membeli susu. Ia terpaksa memberikan suus formula karena ASI-nya tidak keluar.

Ekspedisi Mudik 2024

Selain itu, kebutuhan yang mendesak lainnya berupa kain kasa dan cairan infus. Kedua benda ini dibutuhkan untuk membersihkan lubang buatan yang berfungsi untuk pembuangan air besar.

Jadi badan Mesi harus dibersihkan setiap kali buang air besar melalui lubang buatan yang ada di perut bagian kanan. Caranya, menggunakan cairan infus dan dilap pakai kain kasa.

“Setiap kali berak. Harus dibersihkan pake air infus, biar steril dan tidak terkena infeksi,” ujarnya kepada Madiunpos.com, Jumat (13/12/2019).

Selian itu kebutuhan diapers juga sangat tinggi. Dia mengaku saat ini tidak bisa bekerja, karena harus 24 jam menjaga bayi malangnya itu. Selain itu, ayahnya juga mengalami strok ringan dengan bagian tangan tidak bisa berlama-lama mengangkat beban berat.

Untuk kebutuhan makan, Fitri mengandalkan bantuan dari saudaranya. Fitri mengatakan suaminya saat ini masih bekerja di Timika, Papua, sebagai buruh bangunan. Upahnya sekitar Rp130.000 per hari. Namun, karena biaya hidup di Papua cukup mahal, biasanya ia hanya dikirim sebagian untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sebelum pulang ke Madiun, Fitri bersama suaminya tinggal di Timika. Ia tinggal di indekos dengan harga sewa Rp350.000/bulan. Saat tinggal di Timika, Fitri juga bekerja sebagai juru masak dengan gaji Rp2,2 juta per bulan.

Namun, semenjak hamil tua hingga saat ini, Fitri berhenti bekerja. Setelah kondisi anaknya semakin parah, ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah mertuanya di Lamongan, Jawa Timur. Dia memilih Lamongan karena yang dekat dengan Surabaya. Dia pulang ke Jawa untuk mengoperasi anus anaknya.

Fitri akhirnya memutuskan pulang ke rumah orang tuanya di Madiun lantaran kondisi ekonomi mertuanya serba kekurangan. Meskipun di rumah orang tuanya ini juga merupakan keluarga tidak mampu dan kekurangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya