SOLOPOS.COM - Prosesi teatrikal budaya mengiringi pengambilan air dari salah satu sumber kali kuning saat merti kali 2017 di aliran sungai kuning, Dusun Sempu, Kel. Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Kamis (28/9). (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Para pegiat sungai di Kabupaten Sleman dan masyarakat Desa Wedomartani, Ngemplak menggelar kegiatan Merti Kali 2017

Harianjogja.com, SLEMAN–Para pegiat sungai di Kabupaten Sleman dan masyarakat Desa Wedomartani, Ngemplak menggelar kegiatan Merti Kali 2017 di bantaran Kali Kuning, Dusun Sempu, Kamis (28/9/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Melalui acara ini kami ingin mengajak masyarakat supaya semakin akrab dengan sungai dan berperan aktif menjaga mata air. Mata air dan sungai adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan,” jelas Ketua Penyelenggara Merti Kali 2017, Agustinus Irawan di sela-sela acara.

Ia mengatakan, aliran sungai yang berasal dari mata air harus terus dijaga, karena sungai adalah adalah nadi Bumi. Irawan menyebut, seperti layaknya nadi manusia yang jika rusak akan membuat kesehatan manusia terganggu, bahkan mati begitu pula halnya dengan bumi. Kalau sungainya rusak, maka Bumi pun menjadi tidak stabil.

Jika aliran sungai terhambat atau terhenti, sambungnya, maka peradaban manusia dan mahkluk lainnya juga akan berhenti pula karena air adalah sumber kehidupan, “Aliran sungai dari mata air tersebut lah yang harus dijaga agar tetap memberikan kehidupan pada semua mahkluk hidup,” tambahnya.

Merti Kali 2017 sendiri diawali dengan prosesi budaya berupa adegan teatrikal pengambilan air di sumber mata air di Bantaran Kali Kuning. Prosesi budaya tersebut diikuti oleh 15 perempuan yang mengiringi enam laki-laki yang terus merapalkan mantra Tirta Nirmala.

Para laki-laki tersebut tidak ada yang menggunakan baju, hanya selendang warna putih dan kuning. Mereka juga menggunakan penutup kepala berwarna putih.

Sesampainya di mata air, salah satu diantaranya menceburkan diri ke air sembari memasukkannya ke kendi. Kendi tersebut kemudian dibawa menuju ke atas. Air lalu digunakan untuk menyiram pohon gayam yang baru ditanam. “Kami tidak hanya sekedar menyampaikan slogan tapi langsung beraksi,” jelas pria yang merupakan Wakil Ketua Komunitas Kali Kuning ini.

Lebih jauh ia menerangkan, edukasi dan penyadaran kepada masyarakat penting dilakukan karena mata air dan sungai terus menerus didera permasalahan seperti privatisasi mata air, ekploitasi, pencemaran dan lain-lain. Karena itulah berbagai langkah harus diambil sebelum semuanya terlambat.

Selain diselenggarakan oleh komunitas-komunitas sungai di Sleman, Merti Kali 2017 juga didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman. Kepala DLH Sleman, Purwanto yang hadir langsung dalam acara tersebut menyerukan pentingnya konservasi mata air.

“Konservasi perlu dilakukan supaya di musim kemarau sumber air tetap ada. Itulah kenapa kita menanam gayam karena tumbuhan itu bisa menyimpan air. Sungai juga harus dilindungi dengan tidak membuang sampah sembarang atau ditambang. Daya dukungnya harus tetap dipertahankan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya