SOLOPOS.COM - Jalan Baloeng Gadjah tempat strategis untuk membangun usaha di Desa Candirejo, Tuntang, Kabupaten Semarang. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Pembangunan Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga di Jalan Lingkar Selatan di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga membuat harga tanah di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang naik hingga berkali-kali lipat.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, harga tanah di kawasan tersebut mencapai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta. Padahal, harga tanah di area tersebut hanya di bawah Rp50.000 sebelum ada proyek pembangunan Kampus 3 UIN Salatiga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dampak lain dari pembangunan Kampus 3 UIN Salatiga itu mulai banyak investor yang membuat kafe maupun penginapan atau indekos. Kepala Desa Candirejo, Tri Gunawan Setyadi, menyampaikan usaha dan perekonomian masyarakat setempat tumbuh cepat.

“Sekarang, saya tidak mendengar warga itu mau menjual tanah. Karena warga berusaha mempertahankan tanah. Bahkan, jika per meter warga mau menjual Rp1 juta itu banyak yang mau membeli,” katanya kepada Solopos.com, Senin (15/8/2022).

Alasan warga tidak mau menjual tanah di kawasan tersebut karena ingin membuat indekos atau usaha tertentu. Gunawan menyebut wilayahnya menjadi lebih strategis setelah pembangunan Kampus 3 UIN Salatiga.

Baca Juga : Sejarah Sembir di Salatiga, Dulu Lokalisasi Kini Jadi Wisata Karaoke

Dia menyebut pembangunan indekos cukup masif dilakukan warga sekitar. Rata-rata pemilik indekos adalah warga Desa Candirejo.

Selain dampak pembangunan Kampus 3 UIN Salatiga, pembangunan Jl. Baloeng Gadjah tahun 2019 dan 2021 juga menjadi pemicu harga tanah di Candirejo semakin tinggi.

Akses Mudah

Sebelumnya, areal tersebut didominasi persawahan yang berbatasan dengan Rawa Pening. Dahulu, akses jalan di lokasi itu sangat sulit diakses. Sekarang, jalan di kawasan tersebut cukup bagus dan mudah diakses.

harga tanah di tuntang naik
Jalan Baloeng Gadjah tempat strategis untuk membangun usaha di Desa Candirejo, Tuntang, Kabupaten Semarang. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Faktor lain yang diduga menyebabkan harga tanah di kawasan tersebut naik karena pemandangan alam, yakni bukit dan Rawa Pening.

Baca Juga : Salatiga, Kota Tertinggi & Tertua di Jawa Tengah

Meski begitu, Gunawan menekankan agar warga setempat tidak menjual tanah. Dia berharap warga memanfaatkan momentum tersebut dengan merintis usaha kecil, baik itu indekos maupun kuliner.

“Dengan perkembangan yang sangat signifikan itu saya berusaha untuk memotivasi warga agar membuat usaha kecil sebagai embrio,” terangnya.

Pantauan Solopos.com, di sepanjang Jalan Baloeng Gadjah mulai banyak pembangunan kafe. Ada 10 kafe yang sudah beroperasi. Kemudian, empat kafe lainnya sedang dalam proses pembangunan.

Dampak Negatif

Di sisi lain, Gunawan juga menyampaikan kekhawatiran dampak negatif dari perkembangan wilayahnya. Salah satunya terkait indekos. Dia khawatir sejumlah penghuni indekos akan menyalahgunakan tempat tersebut untuk hal-hal negatif.

Baca Juga : Fakta Unik Kota Tertinggi di Jawa Tengah, Tertua di Indonesia Hlo

Hal tersebut membuat pemerintah desa mencetuskan aturan terkait pemilik dan penghuni indekos. Saat ini, masing-masing dusun sedang membuat aturan tersebut agar tidak ada masalah di kemudian hari.

“Masing-masing kepala dusun akan saya minta untuk membuat peraturan terkait pengusaha indekos dan penghuni indekos. Kemudian akan secara legal dibuat dalam Peraturan Desa,” ungkap Gunawan.

Dia mencontohkan aturan indekos tidak boleh bercampur antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, terkait jam berkunjung tamu indekos. Hal tersebut sangat perlu dibuat aturan secara tertulis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya