SOLOPOS.COM - Rumah Ny. Slamet di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, bertahan di tengah proyek parapet Bengawan Solo. (Hijriyah/JIBI/Solopos)

Sejumlah warga Semanggi, Solo, memilih bertahan di balik tanggul parapet Bengawan Solo.

Solopos.com, SOLO — Ny. Slamet bersama anak dan cucunya duduk santai di teras rumah, Rabu (25/10/2017) siang. Dari kediamannya di wilayah RT 002/RW 023 Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, itu mereka bisa melihat pekerja memperbaiki bagian bawah Jembatan Mojo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Di antara waktu luang itu, mereka hanya bisa bercengkerama dengan keluarga karena di kanan kiri rumah mereka sudah tak ada lagi tetangga. Beberapa hari terakhir, suara deru mesin dari proyek parapet Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) menjadi teman mereka.

Sebelumnya, dari rumah mereka juga bisa leluasa melihat deretan bangunan di balik bantaran Sungai Bengawan Solo. Namun kini, gundukan tanah setinggi hampir tiga meter menumpuk dari badan tanggul yang berjarak sekitar 20 meter dari muka rumah mereka.

Ekspedisi Mudik 2024

Tembok tanggul parapet setinggi empat meter kini telah berdiri kokoh. Alat berat yang terparkir di sisi selatan rumah juga mereka menjadi pemandangan baru. Sehari sebelumnya, satu-satunya akses mereka menuju Kampung Mojo bahkan tertutup rapat oleh pagar seng proyek parapet.

Mereka bisa ke Jl. Kyai Mojo hanya dengan menembus jalan di bawah Jembatan Mojo melewati kampung RT 007/RW 005. “Tapi kalau untuk anak sekolah harus ke utara jembatan dulu kemudian menyeberang Jl. Kyai Mojo tentu sangat berbahaya. Tadi pagi pagar seng penutup jalan itu dibuka sama bapak, biar anak-anak bisa lewat,” kata Ny. Slamet saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu.

Slamet dan keluarganya adalah salah satu warga yang masih bertahan tinggal di pinggir Sungai Bengawan Solo meskipun proyek penanganan banjir berupa parapet sudah masuk wilayah dekat Jembatan Mojo tersebut. “Hla mau bagaimana lagi, harganya belum cocok kok. Ya katanya kalau parapetnya sudah sampai jembatan itu kami tidak ada jalan lagi selain lewat bawah jembatan itu,” tutur Ny. Slamet.

Selain Slamet, ada sekitar 20 rumah di RW 005 yang juga bertahan di sana. Warga RT 007/RW 005, Yuli, juga tetap mempertahankan rumahnya meskipun jarak rumahnya dari tembok tanggul parapet hanya 10 meter-20 meter.

Posisi rumahnya di sisi timur atau di dalam tembok tanggul parapet. “Tembok tanggul ini sudah selesai dibangun sekitar dua bulan lalu kalau tidak salah. Selama proyek tanggul berjalan kami ya santai saja di sini, agak terganggu memang tapi ini kan satu-satunya rumah kami,” tutur Yuli.

Pembebasan tanah warga di pinggir Sungai Bengawan Solo itu sudah diproses sejak awal tahun lalu. Namun, Yuli mempertanyakan karena bangunan tembok tanggul sudah sampai di kampungnya tapi belum ada lagi sosialisasi baik dari BBWSBS maupun Pemkot Solo terkait kelanjutan pembebasan tanah milik warga. “Tidak tahu belum ada pembicaraan lagi.”

Tetangga Yuli, Marni, menyebut selama ini warga di perkampungan bawah Jembatan Mojo sudah terbiasa dengan banjir. “Sudah jadi santapan saat musim hujan.”

Dia juga minta ganti rugi yang layak jika pemerintah akan membebaskan tanah mereka. “Paling tidak bisa untuk membeli tempat tinggal baru yang juga layak. Yang selama ini jadi permasalahan adalah harga yang belum cocok, masak dari dulu Rp500.000 per meter persegi tidak naik-naik,” kata Marni.

Lurah Semanggi, Sularso, membenarkan masih ada puluhan rumah di sekitar Jembatan Mojo yang belum bebas meskipun proyek parapet sudah dikerjakan hingga di lokasi tersebut. Negosiasi pembebasan tanah hak milik yang terdampak proyek parapet masih terus berjalan terutama untuk mencapai kesepakatan nilai ganti rugi bangunan.

“Kalau nilai ganti rugi tanah sepertinya mereka sudah sepakat, ya Rp500.000 per meter persegi itu.”

Tim dari Pemkot Solo yang memfasilitasi pembebasan tanah itu mengupayakan pendekatan orang per orang. “Jadi bukan lagi sosialisasi bersama-sama warga tapi ini sudah pendekatan orang per orang biar segera selesai,” kata Sularso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya