SOLOPOS.COM - Sebuah spanduk dipasang pemuda RW 11 Gondolayu seperti terlihat pada Jumat (9/5). Pemasangan sejumlah spanduk bernada kritikan tersebut merupakan wujud kekecewaan warga atas dijualnya sejumlah perumahan warga di seputaran pinggir Sungai Code itu. Banyak warga belum mengetahui kawasan tersebut akan dibangun bangunan apa. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA—Kegiatan bertajuk Gondolayu Ora Didol yang sedianya diselenggarakan Kamis (25/9/2014) kemarin, batal digelar dengan alasan warga merasa terintimidasi adanya beberapa intelijen di kampung itu.

Koordinator Pemuda Dan Olahraga RW 11 Gondolayu, Cokrodiningratan, Jetis, Tunggul Tauladan mengungkapkan, dia sejak pagi telah diikuti oleh dua orang anggota intelejen kepolisian, yang pada awalnya telah mengikuti dan mengajaknya berkenalan, serta menjelaskan maksud kedatangan mereka.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

“Tapi mereka hanya memantau, bukan intimidasi. Kemungkinan ada pihak kampung yang kontra dengan kegiatan ini, lapor dengan polisi,” kata Tunggul, dalam diskusi pada Kamis (25/9/2014).

Ketakutan terbesar yang dimiliki Tunggul sebagai salah seorang penggerak Gondolayu Ora Didol adalah munculnya gesekan antarwarga yakni pihak-pihak yang mendukungnya, akan bergesekan dengan pihak kontra.

Kalau diteruskan, rawan menimbulkan chaos. Pihak yang kontra takut gerakan ini menjadi besar dan muncul keterlibatan pihak luar kampung yang lebih luas.

“Apalagi mengingat saat ini gerakan penolakan atas pembangunan hotel semakin gencar. Kita melawan para pemilik modal yang kuat dan memiliki jejaring luas,” imbuh Tunggul.

Dia mengaku telah memiliki rencana untuk membungkus kegiatan ini menjadi lebih luwes dan tidak frontal.
Kegiatan ini diawali adanya penolakan penjualan lahan warga untuk pembangunan hotel di Gondolayu, yang sempat diberitakan di media massa beberapa waktu lalu.

Kondisi terakhir, seluruh wilayah RT 61, serta sebagian kecil RT 58 sudah terjual dan bangunan telah dihancurkan. Sementara sisanya belum ada tindak perobohan bangunan.

“Tapi saya tidak tahu, apakah tanah mereka sudah terjual namun tinggal dihancurkan atau seperti apa,” ucapnya.

Sayangnya, memang tak semua status kepemilikan tanah di kampung itu murni milik penghuni bangunan. Melainkan ada pula yang hanya sekadar mengindung, dan tanah wedi gengser.

“Hak kepemilikan bangunan dan lahan milik warga, sebagian memang lemah. Namun, untuk pemilik, kami tak melarang untuk menjual, gerakan kami ini merupakan bentuk keprihatinan bahwa Gondolayu adalah sejarah kami yang wilayahnya hampir habis ini,” katanya lagi.

Keperihatinan juga muncul dengan adanya keberadaan banyak bangunan tua yang berdiri di Gondolayu, yang amat sayang bila hilang.

Meski pihaknya belum yakin bangunan apa yang akan dibangun di kampung tersebut, dia berharap apabila lokasi kampung Gondolayu dibangun hotel, hotel tersebut ramah terhadap warga, lingkungan dan lalu lintas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya