Harianjogja.com, SLEMAN- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta menyatakan aktivitas gas di Gunung Merapi masih tinggi pascapeningkatan status dari aktif normal menjadi waspada pada 29 April lalu.
“Suara dentuman dari dalam gunung masih terdengar, dan sesekali keluar asap solfatara. Dari data seismik, juga masih muncul gempa frekuensi rendah yang berasosiasi pada aktivitas fluida. Itu menunjukkan aktivitas gas masih tinggi,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo, Kamis (1/5/2014).
Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo
Menurut dia, dentuman yang terdengar dari Gunung Merapi disebabkan adanya turbulensi gas di dalam gunung yang membawa material-material padat. Material tersebut menabrak dinding pipa diafragma, sehingga menimbulkan suara dentuman.
Suara dentuman terdengar sangat keras karena aktivitas gas tersebut berasal dari dapur magma Merapi yang berada di kedalaman 3,5 kilometer lebih dari puncak gunung.
“Oleh karena itu, dentuman bisa terdengar dengan radius delapan kilometer,” kata Subandriyo.
Berdasarkan pengamatan di Pos Babadan, suara dentuman pada Rabu, 30 April tercatat sebanyak 24 kali. “Suara dentuman lebih sering terdengar dari sisi barat gunung,” katanya.