SOLOPOS.COM - Gunung Merapi (JIBI/Solopos/Antara/Teresia May)

Harianjogja.com, JOGJA – Sejumlah praktisi mitigasi bencana alam mendesak Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi pusat kajian vulkanologi di Indonesia. Mereka menilai keberadaan Merapi sebagai gunung teraktif di dunia menjadi modal bagi UGM untuk memperdalam kajian tentang kegunungapian. Secara geografis, kampus UGM berada tidak jauh dari Gunung Merapi.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Surono memaparkan, sudah saatnya UGM membuka cakrawala untuk mengenai potensi Merapi yang bisa diperdalam melalui kajian ilmiah pendidikan serta pengetahuan. Sudah lama Surono mengusulkan pembukaan Fakultas Vulkanologi di kampus nomor wahid di Kota Jogja itu. Hanya saja harapan itu hingga saat ini belum direaisasikan.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

“Jogja termasuk kategori cities of volcanoes karena keberadaan Merapi. Akan sangat bermanfaat bila UGM ini menjadi pusat kajian vulkanologi, lebih-lebih membuka disiplin ilmu yang terkait dengan hal itu,” ujar pria yang familiar dengan sebutan Mbah Rono ini dalam Opening Ceremony Cities On Volcanoes 8 yang berlangsung di Graha Saba Pramana, UGM, Selasa (9/9/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut Mbah Rono, aneh apabila melakukan suatu kajian tentang kegunungapian tapi tidak memaksimalkan potensi yang sebenarnya sudah ada. Banyak pengetahuan yang bisa didapatkan dari kajian tentang Merapi. Pengetahuan tidak hanya sebatas pada tipe gunung berapi dengan sifat letusan dasyatnya. Lebih dari itu, ada kekhasan yang ditunjukkan masyarakat di sekitar Merapi.

“Gunung ini beberapa kali meletus, tapi tidak ada ketakutan dari masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana itu. Hal itu sangat menarik untuk dikaji sekaligus membantu menciptakan konsep mitigasi bencana bagi mereka. Itu sebuah gambaran harmonisasi masyarakat di situ dengan alam,” tandasnya.

Dosen Jurusan Geologi sekaligus Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Prof. Dwikorita Karnawati, mengatakan kejadian bencana seperti gempa bumi, tsunami dan gunung berapi berisiko menghancurkan perekonomian sebuah bangsa. Perguruan tinggi menurutnya harus berperan penting dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi lain dalam pendidikan, riset dan teknologi dalam menularkan pengalamannya mengatasi bencana.

Dia memberi contoh hilangnya potensi ekonomi yang dimiliki Kobe ketika gempa bumi melanda Jepang beberapa waktu lalu. Imbasnya, kini pusat ekonomi berpindah ke Busan, Korea Selatan.
Menurut dia, itu menandakan tanpa adanya perhatian serius potensi bencana bisa menjadi ancaman besar bagi negara.

Sementara ketua International Association for Volcanology and Chemistry of the Earth’s Interior (IAVCEI), Raymond Cas, menjelaskan salah satu model penanggulangan bencana erupsi gunung berapi yang diterapkan di seluruh dunia saat ini adalah dengan memahami perilaku gunung api yang akan meletus. Hal itu bisa dilakukan lewat kemajuan pengetahuan dan teknologi, pengawasan dan observasi, sistem peringatan dini, serta komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat yang didukung media massa dan peneliti.

“Komunikasi dan informasi yang disampaikan harus seimbang. Yang tidak kalah penting pendidikan tentunya tentang bahaya risiko bencananya,” pungkasnya.

==
Jogja dipilih jadi tempat penyelenggaraan konferensi karena memiliki Gunung Merapi yang letusannya sudah mendunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya