SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Gunung Merapi menampakkan fenomena aneh yang ditandai dengan berlangsungnya kegiatan produksi magma yang cepat di perut Merapi, pasca letusan 2010. Kondisi tersebut sebelumnya belum pernah terjadi.

Kondisi terkini Merapi tersebut diungkapkan Kepala Pusat vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Surono saat ditemui di sela-sela International Workshop and Photo Exhibition: Memperingati 1 Tahun Letusan Gunung Merapi di Hotel Phoenix, Selasa (1/11).

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Surono mengatakan meskipun diketahui adanya produksi magma di perut gunung yang meletus hebat di November 2010 itu, namun belum bisa diprediksi kapan akan terjadi erupsi lagi. “Belum bisa memberi informasi mengenai kapan dan bagaimana Merapi akan erupsi lagi,” lanjut Surono, yang akrab dipanggil Mbah Rono.

Ia mengatakan ancaman Merapi akan sangat berbahaya mengingat kondisi geografis di lereng yang minim hutan dan jalur luncur material yang telah tertimbun. ”Jarak luncur material Merapi saat erupsi minimal akan mencapai 20 kilometer,” tegasnya.

Ancaman banjir
Di luar kekhawatiran kegiatan produksi magma, Mbah Rono mengatakan ancaman Merapi terdekat adalah bahaya aliran material sisa erupsi 2010 pada musim penghujan tahun ini. 

Ia mengatakan jalur aliran selatan ke arah Kali Code masih akan dilewati pasir bahkan batuan. Namun, wilayah Magelang atau aliran barat diprediksi memiliki tingkat bahaya lebih tinggi. “Untuk arah Selatan materialnya berat seperti pasir dan batu, kalau arah Barat atau Magelang materialnya lebih halus jadi alirannya cepat,” katanya.

Surono menyatakan, ancaman ke arah barat lebih besar karena material erupsi di jalur Magelang lebih halus sehingga mudah untuk terbawa arus. Sedangkan material berat menuju sungai-sungai arah Jogja cukup terhambat karena berat.

Kendati demikian, secara umum ancaman banjir lahar dingin pada musim penghujan akhir tahun berada di sekitar lereng gunung. Surono menyampaikan, jurang-jurang di kawasan lereng Merapi hingga kini masih dipenuhi material. ”Jadi alirannya tidak selalu mengikuti sungai-sungai yang berhulu di Merapi,” lanjutnya.

Terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan ancaman lahar dingin sisa erupsi Merapi mengancam warga dan infrastruktur di sepanjang 15 sungai di sekitar Merapi.

Disampaikannya, dari 140 juta m3 material diperkirakan masih ada 90 juta m3 material piroklastik di lereng Merapi. “Sekitar 50 persen di lereng Selatan yang dapat mengalir ke Kali Woro, Kali Gendol, Kali Opak, dan Kali Boyong. 50 Persen lagi berada di sisi barat ke Kali Krasak, Kali Putih, Kali Lamat, dan Kali Pabelan,” ujar Sutopo.

Aliran lokal
Di wilayah Sleman, masuk musim penghujan ini menimbulkan perasaan waswas ribuan warga di bantaran Kali Gendol dan Opak. Aliran dua Kali yang berhulu di Merapi ini, musim penghujan sebelumnya sudah menghancurkan puluhan rumah penduduk.

“Semua wilayah bantaran kali terancam, ada ribuan Kepala Keluarga di sana,” kata Camat Cangkringan, Samsul Bakri, Selasa (1/11).

Menurutnya, ancaman banjir lahar dingin musim hujan ini tidak hanya dari sungai saja. Aliran lokal pun tidak kalah bahayanya. Pasalnya jalan yang menghubungkan Bronggang dengan Srunen kini sudah dibuka.
 
Jalan ini dibentengi tumpukan pasir sehingga bentuknya mirip alur sungai. Saat hujan deras akan menampung tumpahan air dari Glagaharjo. Diperkirakan air akan lebih banyak melalui jalan ini. “Pembukaan jalan di Glagaharjo justru menjadi jalur aliran lokal sehingga sangat berbahaya,” jelasnya.

Kesiapan menghadapi banjir lahar dingin juga dilakukan Kecamatan Ngemplak. Titik rawan banjir sudah terpetakan oleh relawan mandiri. Relawan Forum Peduli Bumi Nanang Setyoaji mengatakan tikungan Gendol di Dusun Jambon, Sindumartani menjadi titik rawan. “Aliran di tikungan berpotensi meluap yang membahayakan penduduk,” katanya.

Camat Ngemplak Endang Widowati mengimbau kepada semua masyarakat bantaran Kali untuk mengungsi saat terjadi hujan. Sejumlah dusun yang berada di bantaran Kali Opak dan Gendol sama-sama memiliki resiko.

Dusun tersebut adalah Plumbon, Morangan, Pajangan, Kentingan, Jambon Lor, Jambon Kidul, Tambakan, Ngerdi, Rogobangsan, Koroulon, Banjarharjo. “Semua yang ada di pinggir Kali berpotensi kena banjir,” imbuhnya.

Untuk menampung pengungsi, Ngemplak menyediakan sejumlah barak. Yakni balai Desa Sindumartani, SMA IKIP Veteran dan Barak Pengungsian Bimomartani. Namun barak pengungsian Bimomartani tergolong baru sehingga fasilitas seperti MCK belum mencukupi kebutuhan pengungsi.

Magelang
Kepala Bidang Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Magelang M Ahmad Yani Damil berharap lebih siap meghadapi banjir lahar dingin musim hujan ini, melihat pengalaman banjir tahun lalu. Sebagai upaya kesiapsiagaan, Pemkab Magelang saat ini sedang menyusun rencana kontigensi (renkon) bencana banjir lahar dingin. “Renkon ini akan menjadi panduan penanganan bencana banjir Merapi,” ungkapnya.

Berdasarkan data awal, saat ini terdapat 95.000 jiwa yang tinggal di tepi sungai-sungai berhulu di Merapi, dengan jarak kurang dari 300 meter dari badan sungai. Mereka tersebar di 54 desa yang ada di tujuh kecamatan lereng Merapi.

Kepala Desa Sirahan Kecamatan Salam, Muryono mengungkapkan saat ini warga desanya telah lebih siap menghadapi bencana banjir lahar dingin luapan Kali Putih. Pada banjir tahun lalu, desa ini menjadi korban yang paling parah, karena wilayah desa berubah menjadi aliran sungai.

Saat ini, semua warganya telah pulang ke rumah masing-masing, sedagkan mereka yang rumahnya rusak, menempati hunian sementara. “Beberapa waktu terakhir, warga terus dilatih tentang tindakan kedaruratan jika terjadi banjir,” ungkapnya.

Hingga kemarin, ia menyebutkan belum terjadi ancaman banjir lahar dingin. Banjir telah terjadi di Kali Putih, berupa banjir air yang menandakan hujan di wilayahnya bukan dari puncak Merapi. “Saat ini warga masih tenang,” tandasnya.(Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti, Akhirul Anwar & Nina Atmasari)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya