SOLOPOS.COM - Sejumlah bus perdesaan dengan trayek Sragen-Sukodono dan Sragen-Gesi mangkal di pinggir jalan sebelah timur Pasar Bunder Sragen saat menunggu penumpang, Kamis (18/8/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tingginya animo masyarakat Sragen untuk membeli kendaraan roda dua atau sepeda motor ternyata berdampak terhadap nasib para sopir angkutan umum di wilayah Kabupaten Sragen.

Berdasarkan data pendaftaran kendaraan baru di Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sragen 2021, jumlah kendaraan roda dua yang dibeli warga Sragen menapai 18.896 unit.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dengan banyaknya motor yang beredar di Sragen membuat warga enggan naik angkutan umum. Para pelajar SMP dan SMA pun memilih naik motor ke sekolah atau di antar orang tua ke sekolah menggunakan motor daripada naik angkutan umum.

Para penumpang angkutan umum tinggal para pedagang pasar. Keberadaan angkutan umum pedesaan masih bertahan sampai sekarang hanya demi para pedagang tersebut.

Baca Juga: Tiap Hari Wong Sragen Beli 57 Kendaraan Bermotor Anyar

Seperti yang dialami Tukiman, 57, sopir angkutan perdesaan asal Dukuh Sogan, Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen. Ia mengoperasikan angkutan perdesaan dengan trayek Sragen-Gesi-Slendro-Towo (perbatasan Sragen-Grobogan) sejak lima tahun terakhir.

Setiap hari, Tukiman hanya bisa satu kali pergi-pulang (PP) karena tidak ada penumpang. Hanya ada 10 penumpang langganannya yang diandalkan untuk mendapatkan cuan.

Dalam sekali berangkat Gesi-Sragen itu membutuhkan solar Rp40.000 sehingga kalau pergi-pulang membutuhkan solar Rp80.000 per hari. Sedangkan pendapatan Tukiman hanya Rp200.000/hari atau bahkan kurang dari angka itu. Hasilnya itu pun masih dibagi dengan rekannya satu orang.

“Penumpang sehari itu hanya 10 orang. Yang banyak itu dagangannya, berupa arang, kayu, daun, dan seterusnya. Ongkos orangnya Rp6.000/orang. Kalau barangnya Rp1.000 per barang. Tenaga habis untuk mengangkati barang-barang itu,” ujarnya saat berbincang di tempat ngetem bus Sragen, Kamis (18/8/2022).

Baca Juga: Bisnis Angkutan Umum Sragen, Hidup Segan Mati Tak Mau

“Kok masih bertahan? Ya, demi kehidupan rumah tangga. Kadang-kadang bisa makan kadang-kadang tidak,” kata Tukiman lagi.

Harga Suku Cadang Naik

Ia merasa susah mencari penumpang sejak pandemi Covid-19 lalu. Sebelum pandemi, mencari penumpang masih lumayan, sehari bisa dapat Rp200.000-Rp300.000. Selain penumpang kian susah dicari, harga suku cadang naik semua.

Dia mencontohkan harga minyak rem awalnya Rp12.000/botol menjadi Rp28.000/botol, kampas rem yang semula Rp90.000/paket menjadi Rp260.000/paket. Penghasilan sehari untuk beli kampas rem saja, kata dia, tidak cukup.

“Faktor yang paling berpengaruh terhadap sepinya penumpang itu ya karena banyak orang yang beli motor dan ponsel. Orang memilih naik motor daripada naik angkutan. Orang lebih memilih minta jemputan daripada naik angkutan. Jadi penumpangnya tinggal pedagang tua-tua. Kalau mereka meninggal semua ya pensiun,” katanya.

Baca Juga: Jumlah Sepeda Motor di Sragen Bertambah Rata-Rata 1.000/Bulan

Hal senada juga dialami Tohir, 52, sopir angkutan perdesaan asal Pojok, Sukodono, Sragen. Sejak 2011, Tohir bekerja menjadi sopir bus angkutan perdesaan dengan trayek Sragen-Sukodono. Ia harus setoran ke juragan karena busnya masih milik juragan bus.

Sebelum pandemi ia bisa setoran Rp60.000-Rp70.000/hari tetapi sekarang tinggal Rp40.000/hari.

“Setoran turun itu karena tidak ada penumpang. Tadi berangkat dari Sukodono tak membawa penumpang satu pun. Tidak adanya penumpang itu karena banyaknya warga Sragen yang punya motor. Mereka memilih naik motor daripada angkutan umum,” jelasnya.

Dia mengatakan penumpang jalur Sragen-Sukodono ya hanya itu-itu saja, tidak bertambah. Dia menyebut langgannnya hanya para pedagang dari Pasar Sukodono dan Pasar Bunder.

Baca Juga: Ini Daftar Kendaraan yang Tidak Berhak Pakai BBM Bersubsidi, Cek!

“Sekarang tidak ada pelajar yang naik angkutan pedesaan. Kalau ingin banyak penumpang ya setop beli motor baru. Belum lagi kalau ada ojek online,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya