Kolom Jogja
Jumat, 21 Agustus 2009 - 12:42 WIB

Meraih Ramadlan

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Di tengah kegalauan diri, masyarakat, dan bangsa dalam  menghadapi beragam permasalahan, dalam beberapa hari ke depan kita akan sampai pada masa yang menjadi oasis umat. Masa ketika semua kemanjaan material wajib dikendalikan. Masa ketika kekuatan spiritualitas dikembangkan secara bertahap menuju puncak optimal, yakni predikat takwa.

Ramadhan adalah bulan agung dan penuh berkah. Bulan yang memiliki  harapan pencapaian rahmat (kasih sayang Allah) pada paruh sepertiga pertama.  Harapan memperoleh maghfirah (ampunan Allah) pada paruh sepertiga kedua. Juga harapan  untuk mendapatkan pembebasan dari nar  (kesengsaraan) pada paruh sepertiga ketiga.

Advertisement

Keindahan harapan yang dijanjikan di bulan agung ini selayaknya menjadikan motivasi untuk dapat meraihnya. Rosul pun selalu mengajak sahabatnya untuk menyambut dan mngelu-elukan kehadiran Ramadlan.

Persiapan menuju Ramadlan
Berdoa agar bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan sejak bulan Sya’ban merupakan persiapan awal meraih bulan suci tersebut. Doa sebagai upaya menggali kekuatan batiniah. Doa yang kita lantunkan pun menjadi kekuatan yang mampu menggerakkan kewaspadaan diri untuk dapat tetap sehat, lahir-batin.

Advertisement

Persiapan menuju Ramadlan
Berdoa agar bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan sejak bulan Sya’ban merupakan persiapan awal meraih bulan suci tersebut. Doa sebagai upaya menggali kekuatan batiniah. Doa yang kita lantunkan pun menjadi kekuatan yang mampu menggerakkan kewaspadaan diri untuk dapat tetap sehat, lahir-batin.

Persiapan berikutnya yaitu membersihkan diri.  Menuju  bulan suci patut dilaksanakan dengan kesucian diri pula.  Misalnya suci dari hutang-hutang puasa pada Ramadhan yang lalu dengan cara mengingat kembali perhitungan puasa kita secara cermat. 

Saling meminta maaf dan memaafkan dengan sesama sebagai persiapan selanjutnya. Tampaknya saling memaafkan ini lebih baik dilaksanakan di awal ramadlan dan disempurnakan di akhir ramadlan (atau saat ber-Idhul Fitri). Saling meminta dan memberi maaf tersebut sebagai wujud  menjaga kesucian atas kesalahan terhadap orang lain.

Advertisement

Secara batiniah kita pun patut menghapus sikap iri dan dengki kepada orang lain yang memperoleh sesuatu yang lebih dari kita. Allah telah mengatur rejeki setiap orang atas kehendak-Nya (QS Ali Imran : 37). Pun  secara perlahan membuang syu’udhon (berprasangka buruk) serta mengembangkan husnudzon (berprasangka baik) kepada orang lain.

Dalam tradisi kita pada satu hari sebelum masuk bulan Ramadlan terdapat tradisi yang baik yakni “padusan”. Tradisi ini variasinya beragam, ada yang mandi di sungai atau kolam, bahkan ada pula yang mandi dari tujuh sumur di sekitar kita. Tradisi ini memang tidak pernah dicontohkan Rosulullah, tapi tidak memiliki niat apa pun pada si pelaku kecuali bermaksud sebagai upaya menghilangkan hadats besar dengan mandi junub. Maka yang paling pokok tradisi ‘padusan’ ini adalah bagaimana cara mandi junub yang sah dan benar.

Sebagai orang terpelajar, persiapan pun dapat dilakukan dengan mengadakan kajian agama sebagai bekal untuk menjalankan ibadah dengan mengetahui  ilmunya. Pemahaman tentang puasa, cara-cara menjalankannya, ibadah yang menyertainya patut terus digali dengan semangat jihad dalam mencari ilmu. Tentu saja, jika kita dipercaya sebagai imam bahkan sebagai makmum pun, amat baik jika mau membuka kembali Al Quran sambil mencermati bacaannya yang benar (tajwid) dan maknanya. Barangkali memang kita atau imam sudah hafal beberapa surat pendek, namun sering  lupa atau tertukar ucapan dan panjang pendeknya.

Advertisement

Sebagai anggota masyarakat, apalagi sebagai takmir masjid, menata kegiatan  Ramadlan  dengan menajemen yang baik layak dilakukan. Misalnya dengan membantu pembentukan  panitia Ramadlan untuk mengatur pelaksanaan takjil, sholat tarawih, tadarus, ceramah/kultum, dan  zakat fitrah.  Bukankah Rosulullah menasihati bahwa orang yang terbaik adalah orang yang banyak manfatnya bagi orang lain.

Persiapan yang utama tentu saja dengan memotivasi diri bahwa orang yang berpuasa dan beribadah di bulan Ramadlan menjadi salah satu calon penghuni surga. Rosulullah pernah bersabda  “Surga rindu untuk  dimasuki empat golongan manusia,  yaitu orang yang membiasakan diri membaca Al Qur’an,  pandai mengendalikan lisan, memberi makan orang-orang  lapar (terutama yang sedang  berpuasa), fakir miskin ,dan dan anak-anak yatim dan menjalankan puasa Ramadhan dengan sempurna”.

Di samping persiapan mental, tidak kalah pentingnya adalah persiapan material. Bulan Ramadlan adalah bulan khusus, sehingga kita menuntut diri untuk menyiapkan hidangan yang khusus pula bagi keluarga. Ini akan memberikan gairah  beribadah  selama satu bulan penuh, khususnya bagi putera-puteri kita. Keistimewaan hidangan selama puasa juga akan memberikan kesan  pada diri anak-anak  tentang indahnya beribadah Ramadlan.

Advertisement

Keluarga  yang telah memperoleh rezeki lebih hendaknya secara ikhlas menyiapkan sebagian harta untuk memberikan takjil (buka puasa bersama) di masjid atau mushola misalnya. Nilai-nilai sosial seperti ‘berbagi’ dan ‘kebersamaan’ akan terlihat pada saat buka puasa bersama ini.

Tentu saja, siapa pun kita wajib menyiapkan sebagian harta untuk zakat fitrah.  Dalam surat An Nuh Allah menjajikan harta dan anak kepada mereka yang mau meminta ampun kepada-Nya. Dipertegas dalam Al Jin bahwa Allah akan memberikan rezeki yang besar bagi mereka yang mau menempuh jalan yang benar.   Maka, dengan keyakina tersebut kita pun patut menyiapkan diri untuk mampu bershodaqoh, infak, memberi  hadiah sesuai kemampuan kita, dan zakat.

Semoga Allah  menjadikan kita pribadi-pribadi dan keluarga yang mampu bersiap untuk meraih keutamaan Ramadlan. Amin.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif