SOLOPOS.COM - Siswa SDN Gumunggung 1 Solo mendengarkan siaran radio bersama di halaman markas Republik Aeng-Aeng, Solo, Selasa (11/9). Kegiatan siswa tersebut dalam rangka memperingati Hari Radio yang jatuh tanggal 11 September. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Siswa SDN Gumunggung 1 Solo mendengarkan siaran radio bersama di halaman markas Republik Aeng-Aeng, Solo, Selasa (11/9). Kegiatan siswa tersebut dalam rangka memperingati Hari Radio yang jatuh tanggal 11 September. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Sebuah radio berwarna silver telah berada di tengah-tengah puluhan siswa berseragam merah putih yang mengelilinginya sejak Selasa (11/9/2012) pagi. Tak lama, radio dihidupkan dan bermacam-macam suara dari siaran radio menggema. Ekspresi yang ditunjukkan anak-anak pun berubah-ubah sesuai dengan frekuensi yang diputar.

Promosi BRI Optimistis Bisnis Remitansi Tumbuh 25% Selama Ramadan dan Lebaran 2024

Saat frekuensi radio memutar lagu dangdut, anak-anak dengan spontan langsung berteriak sambil menggoyangkan badannya, tetapi ketika frekuensi radio diubah pada siaran berita, goyangan badan mereka terhenti dan raut muka mereka berubah serius sambil dengan seksama mendengarkan apa yang diucapkan penyiar radio.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebanyak 30an siswa kelas V SDN Gemunggung 1 itu sedang bersama-sama mendengarkan radio untuk merayakan Hari Radio Indonesia yang diperingati tiap 11 September. Selain mendengarkan radio bersama, mereka pun mendapatkan penjelasan mengenai sejarah radio di Indonesia yang disampaikan oleh praktisi Radio Republik Indonesia, Ari Purnomo. “Radio menjadi alat komunikasi sekaligus alat perjuangan saat perang kemerdekaan Indonesia,” jelasnya di hadapan anak-anak.

Radio pertama yang ada saat masa Perang Dunia II di Solo adalah Solosche Radio Vereneging (SRV) atau Radio Kerakyatan Solo yang didirikan oleh Mangkunegoro VII pada 1938. Itu menjadi satu-satunya radio sebagai sumber informasi bagi masyarakat, juga berfungsi untuk memberikan semangat nasionalisme kepada masyarakat Indonesia, dengan menyisipkan misi-misi perjuangan dalam setiap siarannya.

Setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada 11 September 1945, dibentuklah Jawatan Radio Republik Indonesia yang sampai saat ini masih berdiri dan tetap eksis mengudara. “Sejak saat itulah diperingati sebagai Hari Radio Indonesia,” jelasnya.

Salah satu peserta, Aldino Riyansen, mengaku hampir setiap hari mendengarkan radio, karena ia banyak program radio yang ia sukai, salah satunya pemutaran lagu-lagu favoritnya. “Di radio bisa dengerin banyak lagu selain itu acaranya juga banyak,” paparnya.

Berbeda dengan Aldino, Gholam Maulana, menjelaskan dirinya sangat jarang mendengarkan radio, karena di rumahnya tidak ada radio. Selain itu ia mengaku lebih menyenangi program-program televisi. “Lebih suka nonton kartun di TV,” jelasnya dengan antusias.

Mengenai perkembangan teknologi informasi saat ini, Ari mengaku tetap optimistis kalau radio akan tetap eksis dan memiliki pendengar setia. “Apalagi sekarang fungsi radio tak hanya sebagai alat komunikasi dan informasi, tetapi juga sarana hiburan dan edukasi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya