Menunggu Disunat

Kisah ini terjadi ketika Paguyuban Remaja Mlaran (PRM), Weru, Sukoharjo, mengadakan kegiatan sunatan massal pada libur semester lalu. Salah satu pesertanya adalah Jon Koplo yang sudah duduk di bangku SMP, namun baru kali ini berani disunat gara-gara diiming-imingi HP baru.

Dengan diantar Tom Gembus, ayahnya, Koplo pun berangkat ke lokasi sunatan di Puskesmas untuk mengambil nomor antrean. Ndilalah dapat antrean nomor paling bontot. Berhubung masih menunggu lama, Koplo pamit ke ayahnya mau ngisis di luar.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Sambil mondar-mandir di luar, perhatian Koplo tertuju pada mobil ambulans para petugas medis yang diparkir di halaman. Dengan usilnya, Koplo pun masuk ke mobil yang tidak terkunci tersebut. “Daripada nunggu antrean di luar kepanasan, mending nunggu di sini sambil klekaran,” begitu pikirnya.

Sementara itu, Tom Gembus gelisah karena Jon Koplo tidak kembali. Bahkan ketika tiba giliran untuk disunat, Koplo belum juga tampak batang hidungnya. Dicari ke sana-ke mari tidak ketemu. Akhirnya Tom Gembus pun pulang. Ia beranggapan anaknya pasti mblirit karena masih takut disunat.

Acara sunatan massal pun selesai. Para penyunat kembali ke mobil ambulans untuk melanjutkan perjalanan. Namun betapa kagetnya para petugas medis itu ketika menjumpai ada sesosok pasien tergolek di dalam mobil mereka.

“He, ngapain kamu di sini?” tanya salah seorang petugas medis membangunkan Koplo yang ketiduran sedari tadi.

Koplo pun geragapan, lalu menjawab, “Menunggu disunat, Pak Dokter.”

“Wah, sunatane wis bubar Le! Sing nyunat wis arep mulih. Suk taun ngarep wae,” jawab petugas medis itu sambil tertawa dan menyuruh Koplo keluar. Koplo hanya bisa ndomblong sambil kukur-kukur sirah. Entah apa yang dipikirkannya.

Toat Kurniawan, Guru MI Negeri Weru Sukoharjo, Jl Watukelir, Cawas, Grogol, Weru, Sukoharjo 57562.