SOLOPOS.COM - Petugas EDP menunjukkan telur nyamuk ber-Wolbachia, Rabu (13/12/2017). (Harian Jogja/Sunartono)

“Setelah terjadi Badai cempaka kemarin, dua pekan ini populasi nyamuk menjadi sangat tinggi”

Harianjogja.com, SLEMAN-Tim Eliminate Dengue Project Universitas Gadjah Mada (UGM) menghentikan pengembangbiakan nyamuk ber-Wolbachia di tengah masyarakat dengan menarik 6.000 ember berisi telur karena populasinya sudah mencapai 80%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tahap berikutnya membuktikan kesaktian nyamuk Wolbachia dengan melakukan penelitian terhadap pasien demam untuk mengetahui dampak secara ilmiah pelepasan nyamuk tersebut. Peneliti Utama EDP UGM Profesor Adi Utarini menegaskan, pihaknya telah menarik semua ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia yang sebelumnya dititipkan di berbagai tempat di 12 klaster wilayah Jogja sejak Maret 2017.

Penarikan ember itu dilakukan karena nyamuk Wolbachia dinilai telah mampu berkembangbiak secara alami sehingga tim EDP tidak perlu lagi melepaskan nyamuk. “Bukan berarti penelitian berakhir, justru masih akan berjalan hingga akhir 2019 dilanjutkan dengan memantau dampak pelepasan nyamuk terhadap perkembangan kasus demam berdarah di wilayah penelitian,” terangnya dalam konferensi pers di Insektarium EDP, Rabu (13/12/2017).

Ahli Entomologi EDP UGM Warsito menambahkan, total sekitar 6.000 ember yang telah ditarik yang berada di rumah warga, perkantoran, tempat wisata, hotel, kuburan, sekolah, pabrik, dan lain-lain. Setiap titik ember tersebut diganti telur nyamuk antara sembilan hingga 14 kali dan termasuk durasi waktu relatif cepat karena populasi nyamuk Wolbachia sudah mencapai 80%.

“Setelah terjadi Badai Cempaka kemarin, dua pekan ini populasi nyamuk menjadi sangat tinggi, dua kali lipat dari sebelumnya,” terangnya.

Ahli Epidemiologi EDP UGM Riris Andono Ahmad mengatakan, tahap penelitian selanjutnya dilakukan dengan merekrut pasien demam di 24 puskesmas Jogja dan satu puskesmas di Bantul. Pasien yang dicari adalah demam yang telah memasuki hari kedua, pasien akan didiagnosis penyebab demamnya, serta memastikan pasien tinggal di lokasi yang disebari nyamuk ber-Wolbachia atau tidak sekaligus mendata riwayat kunjungan selama dua pekan sebelum terserang demam.

“Ini untuk memastikan, apakah pasien ini bepergian di daerah yang tidak ada nyamuk wolbachia-nya. Monitoring ini akan dilakukan hingga akhir 2019. Harapannya kami bisa membuktikan kasus DB di wilayah yang tidak dilepasi Wolbachia, [kasusnya] dua kali lebih tinggi dibandingkan wilayah yang dilepas Wolbachia, atau kesimpulannya nyamuk Wolbachia dapat menurunkan kasus dengue hingga separuhnya, itu hipotesis kami,” ungkap dia.

Dalam melakukan pembuktian itu, sangat membutuhkan pendampingan masyarakat. Jika ada yang menderita demam dapat memeriksakan diri ke puskesmas di Jogja sehingga dapat dipastikan jenis demam yang diderita. Menurutnya, respons masyarakat untuk terlibat cukup baik, hingga pekan kedua Desember 2017 telah mendapatkan sekitar 100 pasien pada posisi baru melibatkan delapan puskesmas, adapun target 10.000 pasien hingga akhir 2019 mendatang.

Ia mengatakan, pembuktian itu harus dilakukan dua tahun ke depan agar menghasilkan data yang valid dengan sampel tertentu dengan jumlah 10.000 pasien. Selain itu pembuktian akan lebih kuat jika dilakukan tidak hanya satu siklus demam berdarah, tetapi minimal dua kali siklus atau sekitar dua tahun.

“Wolbachia ini bisa dikatakan semacam obat itu mempunyai dampak terhadap suatu penyakit, kan dosisnya harus tertentu dan konsisten. Kalau itu tidak bisa kami pastikan maka dampaknya tidak akurat,” kata dia.

Profesor Adi Utarini menambahkan, jika penelitian itu telah menghasilkan pembuktian, maka pihaknya memiliki tanggungjawab untuk menyebarkan di daerah lain yang belum dilepas Wolbachia. Karena itu, pihaknya berdialog dengan pihak yayasan pendana untuk melanjutkan program tersebut, sekaligus berharap kepada pemerintah terkait memfasilitasi kelanjutan wilayah, seperti di Sleman dan Bantul yang kejadian DB cukup tinggi. “Minimal 2019 kami sudah memberikan bukti terkuat,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya