SOLOPOS.COM - Prof Dr Bambang Sunarto (kiri) bersalaman dengan Rektor ISI Solo, I Nyoman Sukerna, seusai resmi diangkat menjadi guru besar dalam Sidang Senat Terbuka di Pendopo Ageng ISI Solo, Jumat (25/11/2022). (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Setelah menunggu kurang lebih sembilan tahun, Prof Dr Bambang Sunarto akhirnya resmi diangkat menjadi guru besar ke-14 Institut Seni Indonesia atau ISI Solo. Pengkuhan Bambang Sunarto dilakukan dalam Sidang Senat Terbuka di Pendopo Ageng ISI Solo, Jumat (25/11/2022).

Prof Bambang Sunarto adalah guru besar ke-10 dari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo. Wakil Rektor I ISI Solo ini menunggu sembilan tahun untuk bisa meraih gelar guru besar bidang Filsafat Ilmu Seni. Raihan tersebut sangat diapresiasi Rektor ISI Solo, I Nyoman Sukerna, saat menyampaikan sambutannya pada acara tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dengan mencermati track record Prof Bambang saya merasa yakin beliau akan menularkan energi positif bagi kemajuan ISI Surakarta dan masyarakat luas pada umumnya. Berbagai karya dan produk akademik bernilai tinggi akan segera muncul pascapengukuhan ini. Sekali lagi saya mengucapkan selamat kepada Prof Dr Bambang Sunarto atas gelarnya,” ucap I Nyoman Sukarta.

Sementara itu, saat diwawancarai wartawan, Bambang menjelaskan perjalanannya untuk menjadi guru besar ISI Solo tidaklah mudah. Sejak 2013, ia sudah berusaha melengkapi seluruh persyaratan, namun menghadapi masalah administratif yang menundanya mendapatkan gelar tersebut.

“Ada dua aspek untuk mendapatkan gelar, pertama akademis dan administratif, halangannya memang administratif, bahkan sering kali ada anomali administratif dan kebetulan saya yang terkena masalah administrasi ini,” terangnya.

Baca Juga: ISI Solo Latih Pembatik Girilayu Karanganyar Bikin Motif Relief Candi Sukuh

Perspektif Seni

Bambang mendapatkan gelar doktor pada 2010. Ada ketentuan untuk pengajuan sebagai guru besar yakni harus menunggu tiga tahun. Pada 2013, Bambang pun mempersiapkan pengajuan itu dan pada 2015 sebenarnya sudah dinyatakan memenuhi syarat.

“Tapi karena masalah administrasi itu saya harus menunggu selama sembilan tahun,” jelasnya. Guru besar baru ISI Solo itu mengatakan seni adalah sebuah konstruksi ilmu yang penuh prespektif dan tidak bisa diambil dari satu sudut pandang. 

“Kajian seni itu prespektifnya luas dan bisa mencakup seluruh bidang ilmu baik sosial, formal, humaniora hingga agama bisa digunakan untuk melihat prespektif seni. Kami berharap ISI Solo bisa membuka jaringan kerja sama yang luas karena seni tidak bisa dilihat sebagai fakultas, karena seni itu universiter karena berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain,” lanjutnya.

Baca Juga: ISI Solo Lepas 312 Wisudawan, 59 Orang Lulus dengan Predikat Cumlaude

Saat ini, pria berusia 62 tahun ini berpendapat seni hanya dipandang sebagai keterampilan yang bersifat praktis, bukan sebagai ilmu murni. Seni itu sebagai konstruksi epistomologis tidak banyak yang memberikan perhatian. “Kajian seni selalu mengambil perangkat dari ilmu-ilmu lain. Selama ini orang hanya memisahkan kajian seni hanya pengkajian dan penciptaan saja,” terang Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya