SOLOPOS.COM - Sejumlah model memeragakan 12 koleksi busana high end luxury fashion Tuty Adib di Atrium Solo Square pada Selasa (8/3/2016) malam. (Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos).

Solopos.com, SOLO — Desainer kondang Tuty Adib mengatakan, riset dan kreativitas diperlukan untuk bisa meraih pasar lokal busana muslim sekaligus menjadi kiblat mode fesyen muslim dunia.

Hal itu dia sampaikan saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Rabu (29/3/2023). Menurut Tuty, terburu-buru mengejar pasar ekspor adalah tindakan gegabah jika tidak diiringi oleh riset mengenai apa yang dibutuhkan masyarakat luar negeri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Memang potensinya besar, tetapi akan sia-sia kalau kita menjual produk-produk yang biasa dibuat untuk pasar lokal di luar negeri,” ujar Tuty.

Dia juga menjelaskan beberapa riset dasar yang harus dilakukan seperti daerah mana dari suatu negara yang memerlukan busana muslim.

Ekspedisi Mudik 2024

Kemudian bagaimana kondisi cuaca dan iklim, sosial budaya, bahan yang disukai di wilayah tersebut, serta siapa saja yang memakai busana muslim di daerah itu, dan dari rentang umur berapa saja.

Dia menegaskan riset perlu ketekunan dan cermat mengamati perubahan tren. Sejalan dengan hal tersebut, menurutnya pasar lokal juga jangan dilepas sembari menargetkan pasar global.

Tuty mengatakan tantangan pelaku fesyen muslim dalam negeri adalah persaingan antar pelaku industri di dalam negeri, ditambah ramainya produk-produk impor dari China atau negara lain yang masuk ke Indonesia.

Menurutnya, sudah mulai banyak pelaku fesyen menyasar pasar fesyen muslim Indonesia karena pasarnya yang sangat besar dan optimal.

Tuty mengakui produk-produk impor sudah mengembangkan modest fashion yang bisa dipakai sehari-hari dan mengedepankan cutting yang simple sehingga banyak diminati masyarakat.

Melihat hal tersebut, Tuty mengatakan pelaku busana muslim Indonesia juga harus melihat celah kebutuhan busana muslim daily wear yang tinggi sehingga pasarnya tidak direbut produk impor.

Dia juga mengaku koleksi brand-brand miliknya di tahun 2023 ini juga mengedepankan gaya feminine elegant untuk pakaian daily wear dan pakaian khusus untuk acara-acara seperti halal bihalal lebaran dan pesta lainnya.

Tuty mengatakan koleksi terbarunya akan memiliki cutting simple karena menyesuaikan keinginan masyarakat yang masih menyukai produk-produk praktis dan mudah dipakai.

Riset dan kreativitas terbukti berhasil menyelamatkan sejumlah pelaku industri fesyen muslim, seperti yang diakui Supervisor Store Al Fath Solo Dewinta Ayu Hapsari.

Dia mengaku ada produk sehari-hari yang dikembangkan Al Fath untuk menghadapi pandemi Covid-19, yaitu mukena anti droplet dan sajadah waterproof.

“Awalnya kami memang punya produk mukena lipat yang praktis dan fungsional, kemudian saat pandemi Covid-19 dikatakan droplet dapat memicu penularan penyakit itu, sehingga kami menciptakan mukena anti-droplet. Membersihkannya cukup dengan dibasuh air atau hand sanitizer,” papar Dewinta saat menjelaskan produk-produk Al Fath di tokonya Selasa (28/3/2023).

Selain mukena anti-droplet, Al Fath juga memiliki sajadah lipat waterproof yang dapat digelar di mana saja dan mudah dibersihkan.

Sajadah dilengkapi dengan pengait yang bisa mengaitkan sajadah lipat dengan tas mukena sehingga praktis dibawa oleh pemiliknya tanpa memakan banyak tempat.

Al Fath juga mengembangkan celana sarung untuk pelanggan pria, yang bisa memudahkan pemakainya saat mengikuti sholat Jumat jika harus mengendarai motor menuju lokasi masjid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya