Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan mobil Esemka Bima dengan dua varian mesin, 1.2 cc dan 1.3 cc. Pernyataan Jokowi dalam pidato peluncuran Esemka Bima pekan lalu yang mendorong masyarakat membeli produk tersebut memantik usulan agar Esemka menjadi mobil dinas.
Mobil itu adalah salah satu produk PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK). Kedua mobil Esemka itu bertipe pikap atau angkutan barang, yang diperkirakan memiliki harga on the road Rp110 juta sampai Rp150 juta.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sejumlah pihak lantas menyarankan agar menteri-menteri Jokowi menggunakan mobil Esemka sebagai kendaraan dinas. Namun, usulan itu ditepis oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
“Ya kan baru produksi mobil pikap. Mobil menteri mobil apa? pikap? Menterinya pikap semua, barangnya apa?” ujar Airlangga seraya tersenyum saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Kalau ke depan Esemka memproduksi tipe sport utility vehicle (SUV), tidak masalah untuk digunakan sebagai mobil dinas menteri. “Kan sudah dibuat prototipe SUV,” katanya.
Sebelumnya, Jokowi ketika menyampaikan sambutan dalam peresmian pabrik dan peluncuran mobil Esemka di Boyolali, Jumat (6/9/2019) lalu, mendorong masyarakat membeli mobil Esemka. Bahkan, kata Presiden, kebangetan kalau masyarakat lebih memilih produk impor.
Berdasarkan keterangan tertulis yang dirilis di laman Sekretariat Kabinet, produksi Esemka akan membuka banyak lapangan pekerjaan. Di samping itu, pabrik Esemka dianggap akan menghasilkan efek berganda terhadap perekonomian Boyolali.
“Saya tidak ingin memaksa pada bapak ibu dan saudara-saudara semuanya untuk beli, tapi kalau lihat produknya tadi saya sudah buka, sudah coba, sudah lihat, sudah tes memang wajib kita beli barang ini. Kalau beli barang dari produk lain ya kebangetan, apalagi yang impor,” kata Presiden.
Jokowi mengatakan Esemka adalah merek dan principal Indonesia. Merek ini, kata dia, telah dirintis sejak 10 tahun lalu oleh para teknisi, termasuk anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). “Ada inisiator-inisiator yang dulu saya kenal ada di sini semuanya,” katanya.