SOLOPOS.COM - Menteri BUMN Erick Thohir saat kunjungan di kantor PLN

Solopos.com, JAKARTA–Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir terus mendukung langkah PT PLN (Persero) dalam melakukan transisi energi bersih di Tanah Air demi mencapai carbon neutral pada 2060.

Baca Juga: Limbah Cangkang Sawit Jadi Rebutan Banyak Negara, PLN Ikut Memburunya

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Erick menilai kesuksesan PLN dalam menjawab tantangan pengurangan emisi dan transisi energi berada di pundak sumber daya manusianya. Terutama, pegawai milenial yang punya tugas penting dalam memberikan inovasi untuk transisi energi.

“Saat ini PLN menjadi pemain utama dalam transisi energi, ini tidak bisa dihindari lagi. Namun saya optimistis dengan SDM PLN yang mumpuni, segala tantangan dalam menjalankan transisi energi ini dapat dilaksanakan dengan baik,” ujar Erick.

Proses transisi ke energi yang memiliki karbon lebih rendah tentu sangat menantang. Beradaptasi dengan era rendah karbon tentu saja memiliki dampak yang sangat luas.

Adaptasi tersebut tidak hanya menyangkut strategi investasi dan permodalan, namun juga terkait erat dengan budaya dan kebiasaan yang ada.

Baca Juga: Defisit Listrik 75 Tahun, PLN Kini Surplus dan Utang Rp51 Triliun Lunas

Salah satu dukungan pemerintah adalah dengan membentuk holding subholding di tubuh PLN. Erick memastikan pembentukan holding di PLN bukan berarti meliberalisasi PLN, tetapi untuk membuat PLN lebih lincah lagi ke depan.

“Tidak mungkin saya membentuk holding untuk memperlemah PLN. Pembentukan holding subholding bukan untuk meliberalisasi, justru ini sebagai langkah untuk memperkuat PLN,” papar Erick.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo tak menampik dalam mencapai target carbon neutral, PLN harus terus meningkatkan kapasitas SDM. PLN telah melakukan berbagai pengayaan dalam meningkatkan kapasitas SDM untuk menjalankan transisi energi.

Misalnya dalam rencana perdagangan karbon di Tanah Air, PLN mengirimkan insan terbaiknya yang mayoritas adalah milenial untuk mengemban ilmu di Eropa untuk mengadaptasi sistem perdagangan karbon di sana. Melalui transfer knowledge ini, diharapkan mampu meningkatkan potensi insan PLN dalam mengembangkan instrumen energi bersih di Indonesia.

“PLN menjadi pemain utama dalam perdagangan karbon di Tanah Air, untuk itu kami belajar sampai ke Eropa,” ujar Darmawan.

Baca Juga: PLN Akan Gunakan SuperSUN Untuk Wilayah 3T, Ini Keunggulannya

Di sisi lain, dalam transisi energi PLN juga sudah menetapkan peta jalan melalui upaya peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menjadi 29 gigawatt (GW) pada 2030 yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang disebut-sebut paling hijau ini.

Secara paralel, untuk bisa menekan emisi PLN juga sudah merencanakan untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan menerapkan teknologi co-firing pada PLTU eksisting untuk menekan angka emisi gas buang.

“Untuk melepas ketergantungan terhadap impor minyak, PLN juga mengkonversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit berbasis EBT maupun gas,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya