SOLOPOS.COM - Gangguan psikis bisa saja muncul kala premenstrual syndrome atau PMS. (zoaj.7iaty.com)

Solopos.com, SOLO — Sekumpulan gangguan fisik dan psikis atau sindrom biasa mengawal menstruasi atau datang bulan. Deraan gangguan yang dialami sebagian perempuan setiap bulan sekali itu biasa disebut premenstrual syndrome atau populer dengan singkatan PMS.

Sindroma pramenstruasi itu biasanya mengganggu aktivitas keseharian kaum perempuan. Selain menderita sakit secara fisik, juga berefek pada emosi yang labil. Kalau dibiarkan, hal ini bisa menurunkan kualitas hidup penderitanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terlebih, ada 80 persen perempuan mulai dari usia remaja hingga 40-an tahun mengalami PMS. Meski mengganggu, PMS masih belum menjadi prioritas masyarakat untuk ditangani secara memadai. Menurut dokter umum di RS Dr Oen Solo, Leny Rahmawati, sedikit yang memeriksakan gejala PMS ke rumah sakit. “Sangat jarang. Yang datang biasanya kalau sakit pada perutnya,” ujar dia kepada Solopos.com, Selasa (17/9/2013).

Menurutnya, gejala premenstruasi umumnya masih dianggap wajar dan akan hilang saat menstruasi datang. Maka, gejala itu pun tak terlalu dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan. Sejumlah gejala PMS di antaranya meliputi gangguan fisik dan psikis. Keluhan fisik yang biasa dialami seperti kepala pusing, timbul jerawat, pipi dan dada memerah, rasa mual dan muntah.

“Juga ada yang merasakan perut kembung, nyeri di payudara dan sendi,” katanya. Gangguan psikis yang dialami di antaranya mudah marah, stres hingga depresi, perasaan yang labil antara senang dan susah. Sejumlah gejala fisik dan nonfisik ini umumnya berlangsung 7-10 hari sebelum menstruasi.

Meskipun penyebab pasti belum diketahui, namun kata Leny, PMS dimungkinkan karena permasalahan hormonal, yakni ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron. “Penanganannya yakni penyeimbangan kedua hormon tersebut,” katanya.

Penyebab lainnya, lanjut dia, adalah pola makan yang tinggi garam dan tinggi lemak. Selain itu, perempuan yang tidak rutin berolahraga berisiko lebih besar mengalami sindroma pramenstruasi. Selain itu, perempuan yang memiliki berat badan tidak ideal, seperti terlalu kurus atau terlalu gemuk, juga berisiko mengalami PMS.

Menurut dokter umum RS Kasih Ibu Solo, Dewi Purnamaningsih Pribadi Sosiawati, faktor psikologis juga akan menambah rasa sakit pada nyeri haid. “Jika stres tinggi, maka nyeri juga akan lebih terasa,” kata dia. Bentuk rahim yang tidak normal atau menghadap ke belakang juga menyebabkan nyeri haid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya