SOLOPOS.COM - Mensos Risma di acara Solopos Talkshow Virtual Spesial Hari Kartini. (Istimewa)

Solopos.com, PONTIANAK – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengaku pernah mengejar seorang pengemis yang mengaku mengalami disabilitas fisik pada kakinya padahal normal.

Menurut Risma, menjadi pengemis selain kehilangan kehormatan dan juga sebagai wujud seseorang yang tidak ingin berusaha.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

“Yang pertama kehormatan kita di mana gitu kadang malah kita pernah liat mereka punya mobil, rumahnya bagus tapi kemudian tidak mau susah payah. Kalau aku di Surabaya tak kejar itu, ada yang pura-pura kakinya buntung. Pernah tak kejar ternyata kakinya dilipat, diikat gitu seolah-olah buntung. Ya kan, udah nipu, tangannya di bawah lagi,” kata Mensos seperti dikutip Okezone, Kamis (4/11/2021).

Oleh karena itu, dia mendukung Fatwa MUI Sulsel yang mengharamkan memberikan uang bagi pengemis di ruang publik. Dalam Fatwa Nomor 1 Tahun 2021, tentang eksploitasi dan kegiatan mengemis di jalanan dan ruang publik.

Baca Juga: Ziarah ke Makam Bung Karno, Ini yang Dilakukan Mensos Risma 

“Saya pikir itu benar menurut saya. Di dalam agama pun kita sebaik-baiknya manusia itu tangan kita di atas, bukan di bawah,”ucapnya.

Namun kata Risma, tidak menutup kemungkinan masih banyak masyarakat miskin di Indonesia yang benar-benar tidak sanggup menghidupi kebutuhannya. Sehingga dalam penerapannya negara menjamin fakir miskin dan anak terlantar dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945.

“Ya kita harus bantu jadi penerima bantuan itu memang mereka yang tidak mampu sesuai dengan yang diamanatkan UUD 1945 seperti dalam agama kewajiban kita, fakir miskin, anak yatim,”sambungnya.

Oleh karena itu, jika mereka mampu bekerja, maka diharuskan untuk bekerja. Pada kesempatan itu juga, Mensos melakukan graduasi beberapa penerima PKH, di mana mereka telah mempunyai penghasilan sendiri atas kerja kerasnya masing-masing.

Baca Juga: Marah-Marah Ancam Pindahkan ASN ke Papua, Perkataan Risma Diminta Dicabut 

“Makanya ini saya senang mereka ada graduasi kemudian berusaha. Yang paling penting mereka tidak hanya sekedar menerima Rp200.000 atau Rp300.000 tapi mereka bisa lebih dari itu kalau usahanya berhasil,”ucapnya.

Jika berusaha menurut Mensos Risma tetap berjalan dengan baik walaupun di masa pandemi.

“Tidak tahu kenapa malah UKM saya di Surabaya waktu pandemi naik 100 persen. Nah ini kan kita harus tahu cara strategi pemasarannya. Begitu ada perubahan maka harus merubah strateginya,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya