SOLOPOS.COM - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir. (JIBI/Solopos/Antara/Adeng Bustomi)

Akreditasi A diharapkan membawa perguruan tinggi Indonesia masuk peringkat 500 besar dunia.

Solopos.com, MAKASSAR — Sebanyak 75 perguruan tinggi di Tanah Air ditargetkan memperoleh Akreditasi A di 2017, melebihi sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Promosi BRI Peduli Salurkan Bantuan bagi Warga Terdampak Banjir di Sumbar dan Jabar

“Ada 4.530 perguruan tinggi di Indonesia dan baru 54 memperoleh Akreditasi A. Target saya jika sesuai RPJMN sudah tercapai, mau saya bisa 75 yang dapat Akreditasi A,” kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam rangkaian kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2017 di Makassar, Rabu (9/8/2017).

Menristekdikti menjelaskan keinginannya mendorong semakin banyak universitas terakreditasi A agar bisa segera membawa perguruan tinggi Indonesia masuk peringkat 500 besar dunia.

Ekspedisi Mudik 2024

“Targetnya lima perguruan tinggi masuk daftar 500 besar dunia di 2019. Nanti di 2018, Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung bisa masuk 250 besar, Universitas Gadjah Mada bisa masuk 300 besar, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Airlangga bisa masuk 500 besar,” ujar Nasir.

Nasir meminta Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) untuk terus mendampingi perguruan tinggi meningkatkan akreditasinya.

“Saya harap para rektor dan wakil rektor juga berpartisipasi, karena kita mau daya saing bangsa meningkat. Termasuk berpartisipasi dalam memperoleh akreditasi internasional untuk program studinya,” lanjutnya.

Kerja sama Ditjen Belmawa dengan lembaga-lembaga akreditasi internasional juga penting sebagai usaha memajukan perguruan tingginya agar diakui negara lain.

Syarat yang harus dipenuhi kaitan untuk memperoleh akreditasi internasional, seperti memperbanyak mobilitas staf pengajar atau profesor luar bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam negeri.

“Mereka paling tidak tinggal di sini satu hingga dua tahun di Indonesia. Kita perlu benahi regulasinya, kita ingin lulusan perguruan tinggi tidak hanya sekadar lulus tapi terserap oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri,” tambah Nasir.

Sejauh ini baru lima universitas yang memiliki program studi terakreditasi internasional, tiga dipegang Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan dua Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Menurut Dirjen Belmawa Intan Ahmad, seminar dan workshop internasional dengan badan akreditasi asing seperti yang dilakukan dalam rangkaian Hakteknas ke-22 ini menjadi salah satu cara memperkenalkan kepada PTN dan PTS di Indonesia pentingnya memiliki program studi terakreditasi internasional.

International Seminar and Workshop on Strengthening The Outcomes-Based Internal Quality Assurance System di Makassar, menurut dia, sengaja menghadirkan beberapa pembicara dari lembaga akreditasi maupun universitas asing. Ini menjadi tempat bertukar pengalaman dalam memperoleh akreditasi internasional.

Beberapa pembicara antara lain Manager Quality Assurance Strategy at The New Zealand Qualification Authority (NZQA) Prof Eve McMahon, Australian University Quality Agency (AUQA) Prof Karen Treloar, Murdoch University Prof Lyn Karstadt, ahli dari ASEAN University Network-Quality Assurance Dr Jhonson Ong Che Bin dan De LA Salle University Philippines Prof Dr Raymund Sison.

Sedangkan narasumber dalam negeri berasal dari Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT), Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PT KES), Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Bina Nusantara (Binus).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya