SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kemenristekdikti mendorong perguruan tinggi perkebunan sawit untuk menghasilkan SDM yang mumpuni dan mengembangkan teknologi pertanian

Harianjogja.com, SLEMAN – Minimnya sumber daya manusia (SDM) dan rendahnya teknologi di bidang sawit membuat rendahnya kualitas sawit Indonesia di mata dunia.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Guna menjawab persoalan itu, Kemenristekdikti mendorong perguruan tinggi perkebunan sawit untuk menghasilkan SDM yang mumpuni dan mengembangkan teknologi pertanian untuk menjawab tantangan zaman.

Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir menjelaskan, sumber daya manusia dalam teknologi kelapa sawit di Indonesia masih sangat dibutuhkan, karena Indonesia memproduksi minyak sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan tergolong besar dengan mencapai lebih dari 1 juta hektare.

Ekspedisi Mudik 2024

Padahal berbagai sumber daya yang dimiliki belum sepenuhnya memadai, teknologi juga masih perlu untuk dikembangkan. Selama ini persoalan teknologi perkebunan kelapa sawit muncul di hilirnya atau dalam menghasilkan minyak sawit.

“Teknologi yang sangat masalah adalah di hilirnya, menghasilkan palm oil-nya, nah palm oil ini harus memiliki kualitas standard dunia.
Sekarang ini palm oil kita sering dikomplain di dunia karena kualitas,” terangnya dalam Kuliah Umum dan Peresmian Grha Instiper di Kampus Instiper Maguwoharjo, Depok, Sleman, Rabu (7/3/2018).

Oleh karena itu, mantan Rektor Undip ini menyadari pentingnya peran perguruan tinggi terutama yang memiliki program keahlian atau prodi di bidang perkebunan sawit.

Pihaknya akan mendorong sejumlah perguruan tinggi perkebunan yang fokus di sawit, salah satunya Instiper Jogja yang dinilai memiliki kekhasan tersendiri dalam menghasilkan SDM bidang sawit.

“Sekolah tinggi perkebunan sawit swasta yang ada saat ini cukup baik adalah Instiper maka saya mendorong Instiper ini memimpin dalam
mengembangkan inovasi teknologi bidang sawit,” tegasnya.

Salah satu strategi penting yang harus ditempuh perguruan tinggi sawit adalah bekerjasama dengan perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit. Tujuannya, agar hilirisasi keilmuan bisa tersambung dengan baik, mahasiswa bisa melakukan praktek mulai dari perkebunan saat di lahan hingga sampai pada pengolahan hingga menjadi minyak sawit.

“Beberapa perusahaan sudah bekerjasama dengan Instiper, ini pas sehingga ada hilirisasi, sampai ke pengolahan bahkan sampai ke
energinya, energi dari kelapa sawit,” kata dia.

Selain itu perguruan tinggi perkebunan harus memiliki strategi yang tepat dalam menghasilkan SDM sawit, mulai dari ilmu soal sistem tanam, pembibitan, perawatan hingga panen dan pengolahan hasil. Karena tidak bisa hanya mengandalkan metode konvensional mengingat teknologi pertanian juga terus berubah dan berkembang. Inovasi juga tak hanya sekedar inovasi biasa namun harus bisa dikomersialisasikan.

Nasir justru tertarik dengan konsep Akademi Komunitas Perkebunan dengan program Diploma 1 yang berdiri di bawah Instiper. Karena
menampung para mahasiswa yang benar-benar anak petani sawit untuk diberi bekal kuliah setahun melalui kerjasama dengan sejumlah
perusahaan, Pemda dari luar jawa hingga Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

“Saya ingin mengembangkan vokasi di tempat lain, di Sumatera dan Kalimantan. Kalau Pak Rektor [Instiper] nanti bisa mengembangkan saya akan dukung itu, terutama Akademi Komunitas untuk sawit tersebut,” ujarnya.

Rektor Instiper Jogja Purwadi menyadari pentingnya merespon perkembangan teknologi di bidang perkebunan. Pihaknya mengembangkan model pendidikan berbasis university industry partnership dengan kurikulum menyesuaikan kebutuhan industri. Model itu dikembangkan untuk menjamin kompetensi lulusan agar mampu bersaing di dunia industri.

“Kami saat ini sedang bertransformasi pertumbuhan tahap ketiga untuk memenuhi tantangan terhadap kebutuhan kompetensi karena perkembangan dari revolusi industry ke generasi empat dan tuntutam model pembelajaran baru mahasiswa saat ini masuk generasi Y dan Z. Transformasi ini kami namakan new Instiper with advance technology,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya