SOLOPOS.COM - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi yang juga Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan. (Youtube-Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI)

Solopos.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengecam keras orang-orang yang tidak menganjurkan vaksin Covid-19 dengan alasan apapun.

Menurut Koordinator PPKM Jawa Bali itu dalam konferensi pers evaluasi PPKM yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (7/2/2022), orang-orang yang menganjurkan agar tidak vaksin itu harus bertanggung jawab jika ada orang sekitarnya yang meninggal karena belum divaksin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari 356 pasien meninggal sejak Omicron ini jalan, 42 persen itu memiliki komorbid, 44 persen lansia dan 69 persen belum divaksinasi lengkap. Kelompok komorbid seperti hipertensi, diabetes dan komplikasi perlu mendapatkan perhatian, katanya.

Baca Juga: Tolak Vaksinasi, Warga Wonogiri Terancam Sanksi

Ekspedisi Mudik 2024

“Jadi saya mohon orang-orang yang menganjurkan jangan vaksinasi, anda itu bertanggung jawab di komunitasmu kalau ada orang yang meninggal karena tidak divaksin,” tegasnya seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Luhut menuturkan mayoritas dari pasien yang dirawat berat, kritis atau meninggal dunia adalah para lansia, memiliki komorbid parah atau belum divaksin.

Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan kebijakan-kebijakan proteksi untuk para kelompok rentan tersebut, terutama para lansia yang belum di vaksinasi lengkap.

“Ini betul-betul kami imbau supaya bapak ibu sekalian jangan mendengarkan masukan-masukan tak jelas itu. Kita bicara data, dan keselamatan Anda dan keluarga dan sekeliling,” pesannya.

Luhut menjelaskan sekitar 65 persen pasien yang dirawat di rumah sakit saat ini memiliki gejala yang ringan dan tanpa gejala.

Baca Juga: Duh, 239 Warga Kedawung Sragen Ini Enggan Ikut Vaksinasi

Ia pun meminta agar orang-orang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala untuk masuk isolasi terpusat (isoter) agar tidak membebani fasilitas kesehatan.

“Jadi kita ingin yang ringan-ringan itu, OTG, jangan masuk rumah sakit supaya BOR-nya tetap rendah. Juga kita lihat nanti (okupansi) ICU itu juga jadi indikator yang kuat,” katanya.

Luhut mengatakan meski kasus Covid-19 di Indonesia saat ini kembali meningkat tapi tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu saat gelombang varian delta.

“Tren kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia meningkat sangat pesat. Namun, secara umum dampak terhadap rumah sakit dan kematian secara keseluruhan relatif masih jauh lebih kecil dibandingkan delta,” katanya.

Baca Juga: Dikaitkan dengan Bisnis PCR, Begini Jawaban Luhut Binsar Pandjaitan

Luhut mencontohkan, kenaikan kasus di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang meningkat sangat pesat namun angka perawatan rumah sakit dan kematian masih relatif rendah dan lebih kecil dibandingkan gelombang delta.

Kendati demikian, ia menuturkan Provinsi Bali perlu mendapatkan perhatian khusus karena terdapat tren penambahan kasus yang sudah melebihi puncak gelombang delta. Demikian pula angka keterisian rumah sakit yang juga meningkat.

“Tapi masih tetap dalam borderline (garis batas),” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya