SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Antara/Muhammad Adimaja)

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, membeberkan dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan kepanikan cukup tinggi di sektor keuangan.

Bahkan, menurut Sri Mulyani, tingkat kecemasan tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan  periode krisis keuangan yang pernah beberapa kali terjadi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada pemilik modal menarik modalnya dari negara berkembang, termasuk Indonesia, dan memidahkan ke aset yang lebih aman alias asset safe haven seperti emas dan dolar.

Pembangunan Pasar Legi Solo Molor Jadi 2 Tahun, Karena Covid-19?

Ekspedisi Mudik 2024

“Ada kepanikan di pasar keuangan. Kepanikan mencapai level tertinggi sepanjang sejarah. Arus modal keluar dari negara berkembang sangat besar. Arus perpindahan dari Indoneesia ke luar kali ini lebih tinggi dari 2008 dan taper tantrum [anjloknya nilai kurs negara berkembang karena kebijakan Amerika Serikat],” kata dia, Selasa (12/5/2020), seperti dikutip dari Bisnis.com.

Hal tersebut menjadi poin utama Pidato Menteri Keuangan atas Penyampaian pemerintah terhadap Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF) RAPBN TA 2021 pada Sidang Paripurna DPR, Selasa.

Tips Cermat Pilih Hotel Agar Traveling Lebih Asyik

Dia menyebut kepanikan karena Covid-19 ini menjadi alasan bagi pemerintah mengeluarkan Perppu Nomor 1/2020 yang menjadi landasan hukum untuk menjaga stabiitas ekonomi dan keuangan.

Apalagi, dampak Covid sudah tampak pada pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan mengalami resesi.

Pada Januari 2020, International Monetary Fund (IMF) masih optimistis pertumbuhan ekonomi global sebesar 3%. Namun, pada April 2020 angka perkiraan itu dikoreksi menjadi minus 3% (-3%).

Males Keluar, Bisa Belanja Online di Pasar Tradisional Solo Lewat Pono.co.id

Indonesia Tumbuh Positif

Pada kuartal I/2020 atau Januari-Maret 2020, sejumlah negara telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif.

Negara-negara itu seperti Prancis yang perekonomiannya tumbuh -5,4% dan Singapura -2,2%. Sedangkan Indonesia kendati masih tumbuh positif 2,9%, namun angka ini mengalami koreksi yang cukup dalam.

“Ini bila tidak diantisipasi, akan menjalar ke sektor keuangan, meningkatkan kredit bermasalah, dan berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan,” tegas Sri Mulyani.

Halo Nasabah Bank, Ini 4 Syarat Bisa Dapat Keringanan Kredit

Sementara itu, Menkeu optimistis pertumbuhan ekonomi membaik pada 2021. Dia menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh di level 4,5%-5,5% pada tahun 2021.

Proyeksi optimistis tersebut jauh lebih tinggi daripada perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2020 di level 2,3%. Selain itu, inflasi diperkirakan terkendali di level 2,0%-4,0% dan nilai tukar Rupiah berkisar Rp14.900-Rp15.300 per dolar Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya