SOLOPOS.COM - Janjang Saribu

Solopos.com, SOLO — Bila China punya Great Wall of China, maka Kabupaten Agam, Sumatra Barat punya Janjang Saribu. Ada banyak kisah yang tersaji dari Janjang Saribu dari kisah perjuangan era kolonial sampai perjuangan menempuh pendidikan.

Janjang Saribu kerap mendapat julukan The Great Wall of Koto Gadang. Tentu sebutan itu tidak lepas dari Great Wall of China yang membentang sepanjang 8.851 km. Bedanya, janjang ini panjangnya hanya sekitar 1 km.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat peresmian tempat wisata itu pada 2013, Bupati Agam kala itu Indra Catri, menyebut Janjang Saribu di Nagari Koto Gadang Kecamatan IV Koto adalah jalan kenangan.

Sebelum deretan anak tangga itu dibuat, tangga yang awalnya terbuat dari bambu merupakan jalan bagi para anak sekolah era 1970-1980-an menuju Bukittinggi.

Sejarah Hari Ini: 16 Januari 2002 Garuda Mendarat di Bengawan Solo

Jauh sebelum itu, saat zaman kolonial, Janjang ini awalnya dikenal dengan sebutan Janjang Bantuang karena masih terbuat dari tanah dengan alat penopang batuang atau bambu.

Sebagaimana dilansir dari laman indonesia.go.id, beberapa waktu lalu, disebutkan masyarakat tradisional yang mendiami pemukiman di puncak Bukit Apit menggunakan Janjang Saribu sebagai akses saat hendak mengambil air dan pasir di dasar ngarai.

Kini, tembok beton panjang sudah memanjang menghubungkan Agam dengan Bukittinggi. Sebuah jembatan gantung bernama Jembatan Merah telah melengkapi sisi tengah rute wisata itu.

Di Denpasar, Pemuda Lecehkan Kakek-Kakek Sampai Viral

Di puncak ngarai janjang juga terdapat pondok untuk istirahat. Di beberapa lokasi juga sudah disediakan pos-pos yang bisa digunakan wisatawan untuk istirahat.

Taman Panorama

Janjang Saribu
Wisata janjang di Agam dan Bukittinggi (agamkab.go.id)

Ada pula bangunan di Taman Panorama yang berukuran tidak terlalu besar itu berlatarkan Gunung Singgalang. Secara keseluruhan, panjang rute wisata di Janjang Saribu mencapai sekira 780 meter.

Untuk mencapai ujung tembok, wisatawan lazimnya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit hingga 30 menit, dengan menyusuri ruas jalan selebar dua meter.

Ada dua jalur yang bisa dimanfaatkan untuk menjelajah di Janjang Saribu. Pertama, jalur Goa Jepang atau dari Ngarai Sianok. Kedua rute itu memiliki kondisi alam yang berbeda.

Melalui jalur Goa Jepang, wisatawan akan diajak menapaki kontur jalan yang relatif lebih banyak turunan ketimbang tanjakan. Sehingga tentunya, wisatawan akan lebih mudah untuk menyusuri jalur tersebut.

12 Zodiak Punya Sisi Positif Kepribadian Diri!

Tidak demikian halnya jika wisatawan memilih untuk menyusuri medan di jalur wisata Ngarai Sianok. Kondisi alam yang lebih menantang, serta-merta akan menyergap. Akses yang dilalui cenderung lebih sempit dan mengandung banyak kelokan.

Upaya meniti ratusan bilah anak tangga itu akan terbayarkan saat menyaksikan panorama yang hijau nan rimbun, ditambah dengan hawa yang sejuknya. Sepanjang perjalanan akan tersaji pemandangan indahnya Ngarai Sianok dengan bidang jalur hijau dan tebing yang megah.

Janjang Saribu merupakan salah satu tempat wisata yang populer di Bukittinggi dan Agam. Tidak ada salahnya mengisi liburan keluarga untuk menjelajah Janjang Saribu sambil menapaki jalan kenangan. Yang pasti siapkan stamina dan air minum selama menjelajah The Great Wall of Koto Gadang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya