SOLOPOS.COM - Ilustrasi jamu. (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Mengonsumsi jamu atau ramuan herbal disebut juga bisa menjaga kebugaran tubuh. Namun bagaimana jika mengonsumsi jamu atau ramuan herbal saat puasa?

Product Group Manager PT Jamu Iboe Jaya, Perry Angglishartono, mengatakan jamu atau ramuan herbal merupakan ramuan tradisional yang memiliki sifat maintenance atau preventif untuk mencegah agar tubuh tidak sakit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sangat bisa menjaga kesehatan dan kebugaran dengan jamu. Asal dikonsumsi dengan cara rutin dan jamunya benar,” kata dia dalam Webinar Spesial Ramadan 2023: Sehat dan Bugar Selama Ramadan yang digelar Solopos Media Group (SMG) dan disiarkan di Youtube Espos Live, Rabu (29/3/2023).

Sebab menurutnya banyak produk jamu yang beredar di masyarakat diberi tambahan bahan kimia obat. “Itu yang bahaya,” kata dia.

Selain memperhatikan produk jamu, mengunsumsi jamu untuk keperluan menjaga kebugaran dan Kesehatan juga harus memperhatikan waktu dan pola konsumsinya. Terlebih ketika dalam kondisi tertentu seperti pada saat puasa. Sebab saat puasa, pola makan orang akan berubah.

Dia menjelaskan, jamu dapat dikonsumsi setelah perut terisi makanan. Jadi ketika seseorang tengah menjalani puasa Ramadan, konsumsi jamu dapat dilakukan pada saat setelah sahur atau berbuka. Terlebih untuk jenis-jenis jamu atau ramuan herbal yang bisa untuk sehari-hari seperti beras kencur, wedang jahe, kunyit asam dan lainnya, menurutnya akan relatif aman dikonsumsi saat puasa.

Namun jika orang tersebut memiliki masalah asam lambung, mungkin ramuan kunyit asam lebih baik diganti yang lain yang tidak asam. Begitu juga dengan ramuan yang mengandung cabe jawa atau jahe yang terlalu pedas. Sebab ketika dikonsumsi setelah perut kosong, akan berdampak kurang baik. “Menurut saya harus terisi makanan dulu. Itu akan lebih aman,” kata dia.

Lebih lanjut, dia menekankan jika mayoritas produk jamu adalah untuk tujuan preventif. Untuk itu menurutnya akan lebih baik jika digunakan secara rutin, untuk menjaga tubuh supaya tidak sakit.

Hal yang perlu diwaspadai adalah keberadaan jamu dengan campuran bahan kimia atau obat. Sebab jamu yang diproduksi dengan campuran bahan kimia atau obat, bisa jadi akan memberikan dampak tidak baik pada tubuh. “Selama jamu itu bahan bakunya alami kemudian produknya berkualitas dan dikonsumsi sesuai aturan pakai, menurut saya tidak masalah,” jelas dia.

Sedangkan untuk mengenali produk jamu dengan campuran bahan kimia, menurutnya dapat dilihat pada indikasinya, warna dan aromanya, terutama pada jamu jenus serbuk. Menurutnya pada jamu khususnya serbuk memiliki indikasi yang beragam. Indikasi tersebut mempengaruhi komposisinya.

Kemudian untuk warna dan aroma jika jamu berbahan alami akan memiliki warna dan aroma berbeda-beda setiap jenis jamunya. “Namun jika jamu itu menggunakan bahan kimia obat, biasanya warna dan aromanya sama,” kata dia.

Ciri lainnya adalah pada khasiat jamu. Menurutnya jamu tidak memiliki khasiat atau dampak yang cepat pada tubuh. Sebab jamu lebih bersifat maintenance. Jadi ketika ada jamu yang dikhususkan untuk penyakit tertentu jemudian dampaknya langsung terasa, ada kemungkinan besar jamu itu memiliki campuran bahan kimia atau obat.

“Misalnya jamu asam urat, begitu dikonsumsi nyerinya langsung hilang, pasti di dalamnya ada bahan kimia obat,” kata dia.

Untuk itu menurutnya, sebelum memutuskan untuk mengobati suatu penyakit dengan jamu, ada baiknya melakukan pemeriksaan secara kedokteran dulu. Jika dari hasil pemeriksaan itu menunjukkan adanya keluhan berat, ada baiknya langsung diobati dengan obat kedokteran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya