SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah
Om Swastyastu

Bangsa Indonesia seminggu lagi tepatnya 8 Juli 2009 akan menyelenggarakan satu perhelatan besar, yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden. Dari ketiga kandidat itu, tentunya masyarakat dengan bijak bakal menentukan pilihannya sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ini sesuai dengan amanat dalam Kitab Suci Bhagawad Gita yang menyatakan Prawerti marga (jalan karma atau perbuatan ) dan Niwerti marga (jalan Jnana atau ilmu pengetahuan). Bagawad Gita Bab III Sloka 4 menyatakan: Na karmanam anarambhan, naiskarmyam purusa snute, na ca samny asanad ewa, siddhim samadhigacchati.

Artinya tanpa kerja, orang tidak akan mencapai kebebasan dan juga tidak akan mencapai kesempurnaan, karena menghindari kegiatan kerja. Naiskarnya adalah suatu kondisi kegiatan kerja yang tidak dipengaruhi oleh seseorang. Hukum alam menyatakan bahwa kita terbelenggu oleh hasil dari segala kegiatan kita.

Setiap kerja memiliki reaksi alami sehingga menjadi sumber keterikatan bagi pelaku-pelaku kegiatan di dunia material ini. Jika kita menginginkan perubahan dan kemajuan di segala lini, kita tidak bisa menjadi penonton semata-mata. Pergunakan hak sesuai dengan kata batin, kemajuan dan kemakmuran tidak mungkin ditentukan oleh pemimpin semata-mata, melainkan kita ikut ambil bagian sesuai dengan swadharma sebagai yadnya yang tulus demi bangsa yang tercinta.

Kesempurnaan tidak mungkin kita capai tanpa  melalui berbagai proses, demokrasi yang adil dan jujur serta  bermartabat.

Pilihan atau suara rakyat sangat menentukan terciptanya pelaksanaan pemilu yang langsung, jujur, bebas dan rahasia, tanpa ada rekayasa politik yang melanggar dharma. Jangan nodai perjalanan proses demokrasi yang semakin mendekati keterbukaan dan kebebasan yang bertanggung jawab.

Pergunakan wiweka jnana; kemampuan memilih dan memilah antara yang kurang baik dengan yang baik, jangan ikut terpengaruh dengan berbagai retorika politik dan  kepentingan sesaat, yang pada hakikatnya merugikan diri sendiri, bangsa dan negara yang diperoleh dengan berbagai perjuangan dan pengorbanan jiwa dan raga.

Kepentingan pribadi
Pertanyaannya mampukah para aktor politik sekarang mengesampingkan kepentingan individual, kelompok dan partainya setelah  menjadi pemimpin baik sebagai anggota DPR, MPR dan Presiden yang merupakan hasil dari pemilu yang telah menelan biaya begitu besar.

Sahayajnah Prajah Sristwa, Puro waca prajapatih,Anena prasawisya dhiwam, Esa wo stwista kamadhuk (Sesungguhnya sejak dulu dikatakan oleh Tuhan yang menciptakan manusia melalui yadnya/pengorbanan secara tulus dan bijaksana, engkau akan  berkembang,  sebagai lembu perahan, yang  memerah susunya karena  keinginan).

Demikian juga para elit pemimpin dan politik akan disegani oleh masyarakat jika  berlaku adil bijaksana dan mengayomi seluruh masyarakat. Kehadiran pemimpin tidak saja dibutuhkan pada saat kampanye semata, tetapi selalu berada di tengah masyarakat. Menjadi pedoman bekerja sama saling membutuhkan dan menjaga keharmonisan demi kemajuan bangsa dan negara.

Saat kita lihat calon pemimpin rajin turun mencari dukungan rakyat dan simpati dengan menebar berbagai janji. Tapi, hendaknya janji itu diwujudkan dalam tindakan dan dharma dijadikan pegangan seperti dalam Kekawin Ramayanana Sargah XXIV.82  dinyatakan  sebagai berikut: “Saka Nikang rat yan kita wenang manut, manupadesa prihatah rumaksaya, ksaya nikang papa nahan prayojana, jananugaragadi tuwin kapangguha.“   

Artinya dharma sebagai tiang Negara hendaknya dituruti, utamakanlah ajaran Manu untuk mengabdi kepada Negara. Lenyapkan kesengsaraan rakyat, ciptakan berbagai lowongan kerja, masyarakat akan nyaman damai penuh toleran menjadi tujuan. Karena  berbagai kepentingan serta kebutuhan rakyat telah tercapai, kecintaan rakyat dan lain-lainnya pasti akan tercapai dengan sempurna.

Guna mengembangkan sikap ketidakterikatan inilah, sangat dibutuhkan perenungan atau melihat ke dalam batin (mulat sarira). Apa yang sudah kita laksanakan sebagai  pewaris perjuangan para pejuang yang tanpa pamrih. Justru kekayaan dan kemakmuran yang diwariskan kepada generasi penerusnya, sedangkan para pahlawan tidak pernah menikmati hasil perjuangannya yang gigih dan pemberani.

Di sinilah dibutuhkan orang-orang bijaksana untuk memimpin negeri yang tercinta ini. Terutama  mereka yang mempunyai kapasitas dan dipilih oleh rakyat sebagai manifestasi hasil demokrasi.

Demi mempertahankan dan kejayaan negeri ini dibutuhkan, berbagai pengorbanan termasuk dalam pemilihan ini, kita hendaknya menggunakan hak kita dengan baik dan benar, berarti kita ikut menciptakan kedamaian. Dalam Bhagawad Gita dinyatakan di dunia ini  mereka yang tidak ikut membantu memutar roda kehidupan ini, pada dasarnya bersifat jahat, menuruti nafsu semata dan mengalami penderitaan.

Dalam konsep Weda tentang pengorbanan sebagai saling ketergantungan makhluk-makhluk yang lebih luas dengan alam kosmos ini. Kegiatan yang dilakukan dengan semangat pengorbanan (yajna ), yajno wai wisnuh atau pengorbanan itu adalah yang tertinggi, dan ini juga merupakan hukum dalam kehidupan.

Setiap pribadi dan alam semesta ini saling bergantungan satu dengan yang lainnya. Semoga pemilihan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta mendapatkan seorang pemimpin yang bijaksana sesuai dengan pilihannya. Orang yang bijak pasti menggunakan pilihannya dengan bijak pula.

Om Santi-Santi-Santi Om

I Nyoman Warta
Pembimas Hindu Kanwil Depag Prov DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya