SOLOPOS.COM - Ponco Suseno (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Distribusi  dana desa dari pemerintah pusat menjadi angin segar bagi pemerintah desa. Dana desa menjadi modal awal desa untuk maju dan mengembangkan diri. Pagu dana desa tahun 2022 senilai Rp68 triliun atau naik 8,3% dibanding tahun 2021.

Pada era sekarang peluang sebuah desa menjelma menjadi desa kaya sangat terbuka lebar. Kedudukan desa layak disejajarkan dengan kota. Sering kali desa bisa menjadi tempat healing yang mengasyikkan bagi warga perkotaan.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Kisah Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah salah satu contohnya. Desa yang mengandalkan sumbet air Umbul Ponggok ini pernah memperoleh penghasilan hingga Rp14 miliar per tahun.

Itu terjadi sebelum muncul pandemi Covid-19, tepatnya pada 2018. Kondisi tersebut jauh berbeda dibandingkan dengan awal era 2.000-an, ketika Desa Ponggok masih tergolong desa tertinggal.

Kepopuleran Desa Ponggok memperoleh apresiasi dari Presiden Joko Widodo. Menteri Keuangan Sri Mulyani berfoto bareng dengan Kepala Desa Ponggok, Junaedi Mulyono, saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Ponggok pada 2017.

Tentu ini menjadi pemandangan yang langka karena sekelas Menteri Keuangan Sri Mulyani berfoto dengan seorang kepala desa. Hal itu dapat terjadi karena Desa Ponggok begitu digdaya, menjadi desa yang berpenghasilan spektakuler.

Kesuksesan Desa Ponggok memberikan pengaruh positif ke berbagai desa lain di kawasan Kabupaten Klaten dan sekitarnya. Sejak saat itu, banyak desa yang ingin memberdayakan diri menjadi desa wisata. Banyak desa lain di negeri ini terinsipirasi dengan kesuksesan Desa Ponggok.

Dari Desa Ponggok, kita beralih ke Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Ini desa terkaya di Kabupaten Karanganyar. Penghasilan asli desa ini mencapai Rp5 miliar pada 2020 lalu.

Desa Berjo juga memanfaatkan potensi alam sebagai penghasil pendapatan asli desa, yakni objek wisata Telaga Madirda dan air terjun Jumog. Keberhasilan desa di bidang pariwisata juga dapat dilihat di Bali Desa Kutuh, sebuah daerah di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, yang punya pendapatan asli Rp50 miliar per tahun.

Pendapatan bersih yang diperoleh pada 2018 senilai Rp14,5 miliar. Di desa ini terdapat wisata alam dan budaya yang sering didatangi pelancong, seperti Pantai Pandawa, Pantai Gunung Payung, Pantai Timbis, dan lainnya.

Kesuksesan beberapa desa meraup banyak pendapatan itu bukanlah kisah dongeng. Apakah selamanya desa yang maju dan kaya harus mengandalkan potensi alam? Guna menjawab hal ini, bisa ditengok contoh Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.

Pemerintah Desa Gatak menggandeng pihak ketiga mendirikan Munggur Park, yakni sebuah taman bermain hiburan dan kuliner. Munggur Park menggunakan lahan milik pemerintah desa seluas kurang lebih 6.500 meter persegi. Belum genap setahun, Muggur Park telah memberikan kontribusi kepada pemerintah desa0 dan warga Desa Gatak.

Tentu masih banyak desa lain di negeri ini yang mampu menghasilkan pendapatan besar. Poin dari berbagai desa yang maju adalah inovasi dan kreativitas dalam memajukan desa, baik itu desa yang mengandalkan potensi alam atau nonalam.

Leadership alias kepemimpinan di desa juga menyumbang kesuksesan pada pembangunan desa. Syarat mutlak dari keberhasilan suatu desa dalam membangun perekonomian harus tercipta keguyuban seluruh elemen masyarakat di desa.

Tanpa modal yang satu ini, sulit kiranya dapat memajukan desa. Mumpung dana dari emerintah pusat masih jor-joran mengalir ke desa, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh desa. Para pemimpin di desa harus memiliki kemampuan berkolaborasi, baik dengan pihak ketiga atau dengan desa lainnya.

One Village One Product

Dengan demikian, kesuksesan sebuah desa diharapkan tak hanya bermanfaat bagi desanya sendiri. Diharapkan pula bisa bermanfaat bagi tetangga desanya. Hal yang mustahil ketika seluruh desa di Indonesia ini hanya mengandalkan potensi alam.

Setiap desa tentu memiliki keunggulan masing-masing. Istilah ini sempat mengemuka dengan sebutan one village on product. Dari berbagai potensi itu harus disinergikan dengan desa lainnya sehingga antardesa saling melengkapi.

Jangan sampai justru antardesa terjebak pada kompetisi yang tak sehat sehingga setiap desa justru berdiri sendiri-sendiri. Kalau mengedepankan ego sektoral seperti itu, desa akan sulit berkembang.

Menjadi orang desa dituntut harus kreatif. Ini termasuk pemerintah desanya. Kreativitas dan inovasi sangat dibutuhkan dalam menggali potensi desa. Jika sebuah desa sudah menemukan “jalannya”, idealnya desa tersebut tinggal mempertahankan.

Fakatnya, beberapa desa justru udreg-udrekan soal penggunaan keuangan desa yang telah diperoleh. Kesuksesan dalam menambah pendapatan asli desa harus diikuti dengan tata kelola dan manajemen yang baik agar tak muncul persoalan dan kecurigaan dari warga pada waktu berikutnya.

Desa yang sudah naik kelas mestinya mampu memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya. Hal itu termasuk persoalan pendidikan. Yang dilakukan Pemerintah Desa Ponggok sudah cukup baik, yakni memberikan bantuan mewujudkan mininam satu sarjana untuk satu rumah.

Dengan cara seperti itu, warga desa akan tetap memberikan pendidikan layak hingga sarjana. Pendidikan menjadi salah satu strategi paling jitu dalam memberantas kemiskinan.

Dengan cara itu pula, generasi penerus di desa tersebut merasa diuwongke sehingga kawula muda tak melulu mencari duit di tanah rantau. Potensi yang dimiliki juga akan berguna membangun desa ke depan.

Desa yang dapat menekan angka urbanisasi otomatis dapat menciptakan perputaran uang lebih lama di daerah. Dibutuhkan konsistensi menjaga kelestarian alam dan menjalankan manajemen keuangan yang baik di desa.



Keuntungan dari semua ini tentu akan kembali ke desa tersebut. Dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Itulah esensi desa yang berdiri di kaki sendiri (desa berdikari). Desa yang mampu menyejahterakan warganya dengan mengandalkan potensi desa sekaligus mampu mengelola keuangan desa dengan baik.

Menukil petuah Bung Karno, penekanan berdikari berada di berbagai bidang ekonomi. Berdikari di sini diyakini bukan antimodal asing atau antimenerima ilmu dan teknologi dari luar.

Mindshet yang seperti ini yang harus dimiliki seorang kepala desa dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. Desa harus bisa berkembang dan benefit dari kemajuan itu bisa dirasakan seluruh warga desa.

Hal itu seperti peningkatan kesejahteraan warga dengan cara mengurangi angka kemiskinan, mengurangi angka pengangguran, dan meningkatkan ekonomi warga. Kepala desa yang seperti itulah yang akan dielu-elukan warga desanya.

Bukan kepala desa yang justru sibuk minta perpanjangan periodesasi masa jabatan hingga sembilan tahun lamanya. Semakin banyak desa yang bisa berdikari, negara ini tentu akan kian berdaulat. Semoga.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 14 Maret 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya