SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

EVAKUASI DIRI-Peserta sedang bersiap mengikuti latihan mengevakuasi diri menggunakan escape tunnel vertical di Pertamina HSE TC, Palembang, Sabtu (10/9/2011). ( JIBI/SOLOPOS/Ivan Indrakesuma)

Picu energi panas, dilarang pakai HP di SPBU

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pelatihan yang diikuti puluhan jurnalis di Pertamina HSE TC Palembang, selama tiga hari ini merupakan ilmu baru yang didapatkan para peserta.

Pengetahuan yang mereka peroleh menjadi pengalaman sekaligus bekal ketika melakukan peliputan di lokasi-lokasi kebakaran. Memang, selama tiga hari, para peserta dicekoki dengan ilmu tentang seluk-beluk api, mulai dari hazardous area hingga cara memadamkan api.

Ekspedisi Mudik 2024

Hazardous area merupakan area di mana terdapat atau mungkin terdapat atmosfer ledakan, sehingga dibutuhkan persyaratan khusus pada saat konstruksi, pemasangan dan penggunaan peralatan listrik.

Dalam kehidupan sehari-hari, peringatan di area berbahaya itu bisa dilihat di lokasi pengisian bahan bakar atau SPBU. Di lokasi SPBU, tanda larangan menghidupkan ponsel bisa terlihat jelas.

Terkait aturan itu, salah seorang instruktur pelatihan, Athar Yusuf, menegaskan peringatan larangan menggunakan telepon seluler (ponsel) di area SPBU memang harus ditaati.

Pasalnya, api bisa muncul ketika unsur-unsur pendukungnya terpenuhi. Athar menjelaskan api bisa terjadi karena di lokasi ada bahan bakar, oksigen dan energi panas.

Saat pengisian bahan bakar ke dalam tangki kendaraan, api akan mudah sekali menyala bila ada energi panas di sekitarnya. Dan ponsel merupakan salah satu pemicu terjadinya energi panas.

“Ketika Anda berada di SPBU, jangan menggunakan handphone, karena berpotensi menimbulkan api seperti itu,” jelas Athar, seusai menayangkan rekaman dari kamera CCTV, pada sesi pelatihan di kelas, Jumat (9/9/2011).

Rekaman itu menayangkan seseorang yang terbakar gara-gara menggunakan handphone di area SPBU. Repotnya, dalam kehidupan sehari-hari, kadang masyarakat tidak peduli dengan aturan itu.

Evakuasi diri
Selain mendapat pengetahuan dalam bentuk teori, para jurnalis juga mendapat kesempatan memraktikkan ilmu yang mereka dapat di kelas.

Praktik yang diikuti itu adalah memadamkan api menggunakan kain basah, menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) dan memadamkan api menggunakan air bertekanan tinggi.

Di hari terakhir pelatihan, Sabtu (10/9/2011), para jurnalis belajar mengevakuasi diri dari gedung bertingkat empat. Beberapa peserta mencoba menyelamatkan diri melalui tali yang dilengkapi dengan pitagor rescue kit.

Sebagian lainnya, mencoba menyelamatkan diri melalui escape tunnel vertical. Sejumlah jurnalis mengaku pelatihan tersebut sangat bermanfaat bagi mereka.

“Peserta pelatihan ini harus diperluas. Tidak hanya dari pegawai Pertamina, tetapi juga pegawai dari perusahaan-perusahaan lainnya,” ujar jurnalis dari RRI Sorong, Papua, Polikarpus, mengomentari pelatihan tersebut.

Manajer Pertamina HSE TC, Suhendar Wijaya, mengatakan pusat pelatihan seluas sekitar 27 hektare itu memang milik Pertamina. Namun, pemanfaatannya bisa dari pihak luar Pertamina.

Ia menjelaskan HSE TC itu merupakan tempat pelatihan yang menggunakan praktik lapangan baik untuk pemadaman kebakaran, penyelamatan maupun safety management.

“Sampai September 2011, peserta yang mengikuti pelatihan di sini sudah mencapai sekitar 4.600 orang. Baik dari Pertamina maupun perusahaan lain. Dan biaya pelatihan sekitar Rp 1 juta per orang per hari,” jelasnya kepada Espos, di sela-sela pelatihan.

(Ivan Indrakesuma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya