SOLOPOS.COM - Warga Dusun Tenggar Lor, Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Wiyati, sedang melihat brem yang ia produksi di rumahnya, Senin (19/9/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRIIndustri brem di Dusun Tenggar Lor, Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, telah dikenal sejak puluhan tahun lalu. Meski berskala industri rumahan, namun produksinya berhasil menembus pasar di kota/kabupaten lain.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, sedikitnya ada 20 keluarga yang menjalankan usaha makanan dari sari tapai ketan tersebut. Kelompok bisnis brem tersebut bernama Mekar Sari. Hal itu sekaligus menjadi merek brem yang dijual ke publik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Eks Ketua Kelompok Mekar Sari, Singgih, mengatakan usaha brem yang dijalankan warga Dusun Tenggar Lor merupakan warisan turun temurun. Ia sendiri melanjutkan usaha ibunya yang juga mewarisi usaha neneknya. Banyaknya peminat brem buatan warga setempat menjadi alasan anak-cucu melanjutkan bisnis keluarga mereka.

“Enggak tahu awalnya bagaimana. Yang jelas, di sini itu dari dulu aktivitas warganya hanya di sawah [bertani], beternak, dan membuat brem dari ketan. Prosesnya juga masih sederhana, masih diaduk-aduk, mencetaknya masih pakai kawat, masih tradisional,” kata Singgih kepada Solopos.com, Senin (19/9/2022).

Pemasarannya pun hanya diedarkan ke pasar dan warga sekitar. Seiring makin dikenalnya brem buatan warga Dusun Tenggar Lor, mereka membentuk kelompok Mekar Sari yang ditujukan mengembangkan bisnis brem bersama, pada 1981.

Baca Juga: 5 Tips Piknik di Tegal Simbah Wonogiri agar Lebih Seru

Tak lama setelah dibentuk, pemerintah memberi bantuan fasilitas seperti peralatan dan bahan baku pembuatan brem. Peralatan itu digunakan mengembangkan produksi brem.

Sekitar tujuh tahun lalu, bisnis brem bermodel kelompok itu diubah menjadi individu. Setiap keluarga tak lagi hanya mengurus produksi tapi juga memikirkan cara memasarkan produk mereka secara mandiri.

“Agar mendapatkan sertifikat produksi, syaratnya harus memiliki tempat produksi yang layak. Usahanya dipisah, termasuk mereknya. Jadi, sekarang ada merek brem Mekar Sari 01, Mekar Sari 02, dan seterusnya. Sedangkan saya pilih Mekar Sari 57, soalnya simbol angka itu diharapkan dapat membawa usaha saya lebih maju,” ungkapnya.

Industri rumahan brem yang dikelola Singgih kini makin berkembang. Dalam sekali produksi, ia dapat menghasilkan brem sebanyak 100 kg. Ia juga memiliki dua karyawan untuk membantu proses produksi brem.

Baca Juga: Ini Dia Cikal Bakal Penjual Nasi Tiwul di Wonogiri

Dari segi pemasaran, brem yang ia produksi telah menjangkau sejumlah daerah, seperti Solo dan Semarang. Proses distribusinya pun tak melibatkan tengkulak, melainkan ia antar sendiri.

Kesuksesan berbisnis brem juga dialami Wiyati, warga lain di Dusun Tenggar Lor. Selain membuat brem, Wiyati juga dikenal sebagai petani dan peternak sapi.

“Dalam sekali produksi brem, saya bisa menghasilkan 75 kg. Dengan jumlah itu, keuntungan bersih yang bisa didapatkan senilai Rp300.000. Itu kalau ada pemesannya, soalnya enggak mesti. Kalau enggak ada yang pesan brem, saya tetap produksi. Tapi sepekan hanya dua kali,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya