SOLOPOS.COM - Persiapan Natal di Gereja Kristus Raja Baciro, Jogja, Senin (24/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Andreas Pamungkas)

JOGJA-Natalan di gereja baru? Dimana itu? Belum lama ini, tepatnya pada 25 November lalu, umat di Gereja Kristus Raja Baciro, Jogja, resmi menempati gereja baru. Sebelumnya, umat melakukan peribadatan di gereja lama yang masih berada di kompleks gereja tersebut. Namun, karena gereja lama tak lagi muat menampung umat, maka dirintiskan relokasi gereja pada 2002.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hingga pada 2006 terjadi gempa yang merobohkan bangunan gereja sehingga memantapkan langkah membangun gereja baru bernilai Rp6,7 miliar. Dana dikumpulkan dari sumbangan pribadi, umat dan bantuan dari berbagai lembaga. Menempati tanah seluas 1.515,36 meter persegi, gereja baru itu memuat 900 tempat duduk.

Hanya saja, untuk Natal kali ini, panitia menambah tenda di luar gereja. Pasalnya, ketika hari Minggu biasa umat sampai berada di teras walaupun gereja juga sudah dilengkapi dengan balkon yang luas.

Lalu apa yang unik dari gereja ini? Gereja ini dibuat dengan model joglo Jawa. Hanya saja tumpang sari joglo dibiarkan tanpa tiang tapi dibiarkan menggantung di bagian atas gedung. Pada tumpang sari tersebut terdapat gambar kaca patri keempat penginjil, Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Ada yang unik dan menggambarkan keimanan orang katolik, bahwa gereja ini serba tiga dan tujuh yang menandakan Allah Tritunggal Mahakudus dan tujuh adalah perlambang sakramen.

Simbol tiga itu langsung menyambut ketika umat memasuki gereja, karena berada di muka gereja. Seperti susunan atap gerbang depan, bagian muka gedung (atau disebut kuncung bangunan) dan anak tangga altar. Sedangkan simbol tujuh terlihat dari candi patung Yesus yang berada di depan persis bangunan gereja.

Sejak seminggu lalu, panitia telah mempersiapkan dekor natal. Hingga siang ini, Senin (24/12/2012) penyempurnaan terus dilakukan. Panitia mengkonsepnya dengan serba jerami, mulai dari pohon Natal, pernak-pernik Natal dan kandang domba tempat Yesus dilahirkan oleh Maria.

Salah satu panitia, Petrus Suhardani, mengatakan desain dekor Natal selalu berubah- ubah tiap tahunnya sesuai dengan kesepakatan panitia. Jerami dipilih karena sebagai simbol kesederhanaan.

“Ada beberapa ide yang turun ketika pengerjaan berjalan. Kemarin saya menemukan ranting pohon, lalu terpikir untuk saya gunakan untuk pagar kandang domba,” ungkap Petrus.

Misa perayaan malam natal akan berlangsung sebanyak dua kali. Misa pertama pukul 18.00 WIB menggunakan bahasa Jawa, misa kedua pukul 21.00 bahasa Indonesia. Esok harinya misa keluarga berlangsung pada pukul 08.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya