SOLOPOS.COM - Launching Kampung Bersinar di Desa Krandegan, Kabupaten Purworejo, Desember 2021. (Istimewa/krandeganbayan.id)

Solopos.com, PURWOREJODesa Krandegan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Lokasi desa ini berada di Kecamatan Bayan.

Melansir dari beberapa sumber, Desa Krandegan pandai memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Dikenal sebagai desa yang kreatif dan inovatif, tak heran jika desa ini telah menorehkan beberapa pretasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satunya yaitu menjadi juara I Kampung Siaga Candi Kategori Bidang Inovasi dan Kreativitas tingkat Polda Jawa Tengah.

Selain itu, Desa Krandegan termasuk desa yang melek teknologi. Bahkan BUMDes Krandegan sudah menerapkan sistem penjualan kebutuhan desa yang berbasis digital.

Terlepas dari prestasi-prestasi yang diperoleh, Desa Krandegan cukup berkembang drastis sejak berdirinya desa ini. Siapa sangka di balik cerita asal mulanya Desa Krandegan ternyata menyimpan cerita sejarah penyebaran agama Islam di Purworejo.

Banyak orang yang menilai bahwa Krandegan tidak sekadar daerah di wilayah Kabupaten Purworejo. Sebaliknya, desa ini memiliki kisah yang menarik dan mempunyai kesan tersendiri.

Melansir dari website resmi Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dalam cerita sejarahnya dituturkan bahwa pada saat itu masyarakat sekitar masih menganut kepercayaan dari leluhur dan masih mempercayai benda-benda pusaka yang mempunyai kekuatan gaib.

Hal tersebut muncul karena pengaruh dari penguasa yang bernama Pangeran Mangguyu yang kala itu memimpin daerah Banyuurip. Pangeran Mangguyu masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Alhasil, kepercayaan tersebut menyebar dan berkembang pada masyarakat diberbagai wilayah termasuk daerah kecamatan Bayan dan sekitarnya. Pemujaan dan persembahan tersebut merupakan ajaran nenek moyang yang terus berkembang secara turun-temurun yang sekarang ini dikenal dengan nama tradisi 1 Sura.

Suatu ketika datang seorang tokoh agama yang mempunyai keinginan luhur untuk menyebarkan ajaran dari Tuhan di tanah Jawa. Tokoh tersebut bernama Mbah Imam Ghazali, berasal dari salah satu pondok pesantren yang berada di wilayah Jawa Timur.

Diceritakan, Imam Ghazali berkelana dari satu permukiman penduduk ke permukiman yang lain untuk menyiarkan agama Islam. Hingga langkahnya terhenti di suatu tempat karena melihat penyimpangan-penyimpangan yang belum sesuai dengan syariat agama Islam.

Masyarakat yang berada di permukiman tersebut masih menganut paham yang menyimpang di mana warga sekitar belum mengenal adanya Tuhan. Masyarakat masih menyembah nenek moyang dan mempercayai benda keramat.

Bunuh-membunuh masih menjadi hal yang wajar dan biasa dilakukan. Hal tersebut sering terjadi ketika perang antardesa atau perselisihan antarkeluarga dengan menggunakan panah sebagai senjata utama untuk membunuh.

Dalam prosesnya, Imam Ghazali menyadari bahwa dalam mengajarkan agama Islam diperlukan pendekatan dan penyesuaian dengan budaya setempat. Untuk itu, Imam Ghazali mengubah penampilan dan mengganti namanya menjadi Ki Krandeg supaya kehadiranya dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Selain itu agar mudah mengajarkan agama Islam di tempat tersebut.

Setelah mampu membaur dengan masyarakat sekitar, Ki Krandeg sedikit demi sedikit memasukan ajaran Islam tentang akhlakul karimah serta mengakulturasikan budaya setempat melalui kegiatan memanah.

Semula panah merupakan salah satu senjata utama untuk membunuh. Oleh Ki Krandeg diubah pola pikir masyarakat agar panah bisa menjadi kegiatan/sarana mensyiarkan agama Islam dan menjaga kesehatan tubuh.

Ki Krandeg mengajarkan kepada masyarakat bahwa memanah merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW yang sangat dianjurkan. Ki Krandeg menyampaikan ada empat hal utama dalam memanah, yaitu manusia, busur panah, anak panah, dan sasaran.

Masing-masing hal tersebut mengandung makna yang dalam. Dari segi manusianya, diajarkan untuk mampu berkonsentrasi. Ini menjadi hal penting dalam kehidupan manusia di mana konsentrasi yang dimaksudkan konsentrasi hanya menyembah Tuhan sang pencipta alam semesta yaitu Allah SWT.

Selanjutnyam anak panah memiliki makna yang sangat kuat di mana terkadang manusia berada pada fase mundur dan diam. Dilanjutkan fase melesat jauh.

Hal ini memiliki makna bahwa manusia memang perlu berdiam diri untuk merenungi kekurangan dan kesalahan namun harus tetap melesat ke depan untuk menggapai cita-cita yang diinginkan.

Pelan-pelan dengan pendekatan yang sangat halus namun pasti, ajaran Islam dari Ki Krandeg mulai dapat diterima oleh masyarakat. Hingga banyak masyarakat yang meninggalkan kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian memeluk agama Islam.

Masyarakat juga mulai banyak yang menekuni kegiatan memanah sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Panahan yang dahulunya digunakan untuk berperang, kini berubah fungsi sebagai sarana ibadah (menjalankan sunnah Rosul) dan sebagai sarana olah raga yang banyak diminati berbagai kalangan di masyarakat.

Banyaknya yang memeluk agama Islam tidak serta merta membuat Ki Krandeg menjadi cepat senang atau berpuas dir. Pandangan serta pemikiran beliau jauh ke depan.

Ki Krandeg khawatir jika dia pergi dari tempat tersebut, mungkin mereka bisa kembali kepada ajaran menyimpang lagi. Untuk itu, Ki Krandeg memutuskan tinggal di tempat itu agar dapat melanjutkan syiar agamanya.



Lantaran tempat tersebut belum memiliki nama, Ki Krandeg memberikan nama tempat itu dengan sebutan Krandegan sesuai dengan arti kata dalam bahasa Jawa kerana yaitu sebab dan mandek yaitu berhenti serta akhiran an yang artinya tempat.

Ki Krandeg memutuskan berhenti dan menetap supaya warga Desa Krandegan tetap memeluk agama Islam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya