SOLOPOS.COM - BUKTI KEDAHSYATAN -- Satu buah sepeda motor yang terbakar dan sebagian meleleh menjadi salah satu koleksi Museum Erupsi Gunung Merapi di Desa Balerante, Kemalang, Klaten.(JIBI/SOLOPOS/Istimewa)

Nama Desa Balerante mendadak menjadi buah bibir seiring terjadinya erupsi Gunung Merapi 2010 lalu. Balerante merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Klaten yang luluh lantah akibat diterjang awan panas atau wedhus gembel yang dimuntahkan gunung berapi teraktif di dunia itu. Sesaat setelah diterjang awan panas, desa yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Gunung Merapi itu menyerupai desa mati yang tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.

BUKTI KEDAHSYATAN -- Satu buah sepeda motor yang terbakar dan sebagian meleleh menjadi salah satu koleksi Museum Erupsi Gunung Merapi di Desa Balerante, Kemalang, Klaten.(JIBI/SOLOPOS/Istimewa)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, pernahkah pembaca berpikir bagaimana asal-muasal penamaan dari salah satu desa di Kecamatan Kemalang, Klaten ini? Ditinjau dari etimologi bahasa, Balerante terdiri atas kata bale dan rante. Menurut Kadus I Desa Balerante, Jainu, kata bale berasal dari kata bale-bale yang artinya tempat atau papan yang biasa digunakan untuk tiduran. Sementara kata rante bermakna rantai. Dengan begitu, Balerante berarti rantai yang terletak di atas bale-bale.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, dahulu kala hidup seorang petani di sebuah hutan belantara di lereng Gunung Merapi. Untuk menyambung hidupnya, petani itu mengandalkan hasil cocok tanam di lereng Gunung Merapi. Di pekarangan rumahnya, petani itu mencoba menanam ketela. Akan tetapi, ketela yang ditanam petani tersebut tidak seperti ketela pada umumnya. Ketela itu tumbuh terlalu subur dan merambat di atas gundukan tanah menyerupai bale-bale.
Hal yang tak kalah mengherankan adalah tumbuhan itu menghasilkan buah ketela yang cukup besar. ”Ketela itu tumbuh sebesar beduk yang biasa terdapat di masjid-masjid. Warga sekitar belum pernah melihat ketela sebesar itu,”
urai Jainu.

Merasa penasaran dengan buah ketela yang ditanamnya, petani itu kemudian bermaksud mengolahnya menjadi makanan. Namun, betapa kagetnya petani itu tatkala membelah buah ketela itu. Di dalam ketela itu terdapat sebuah rantai besi yang cukup kuat. Menurut Jainu, rantai itu kemudian dibawa oleh seorang tokoh dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. ”Sejak peristiwa itu, warga menyebut tempat tinggal petani itu sebagai Balerante hingga sekarang,” ujar Jainu.

Erupsi Gunung Merapi 2010 lalu mengakibatkan Desa Balerante luluh lantah. Sebanyak 165 unit rumah mengalami rusak berat, 54 unit rumah rusak sedang dan 12 unit rumah rusak ringan akibat terjangan awan panas. Dua warga yang menjadi korban terjangan awan panas karena enggan dievakuasi. Untuk mengenang tragedi nahas itu, warga setempat mendirikan Museum Erupsi Gunung Merapi secara swadaya.

Museum itu berisi sejumlah barang-barang seperti televisi, sepeda motor, dan perabot rumah tangga lainnya yang meleleh akibat tak mampu menahan panasnya wedhus gembel. Bagi warga yang tertarik melihat dampak kedahsyatan erupsi Gunung Merapi bisa mengunjungi langsung museum itu.

Moh Khodiq Duhri

Peta jalan menuju Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten:

Lihat Peta Lebih Besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya