SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka melihat beberapa koleksi di Museum Lokananta, Solo, Jumat (2/6/2023). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO — Kawasan Wisata Musik Lokananta mempunyai luas 2,1 hektare yang berlokasi di Kota Solo, tepatnya di Jl A. Yani, Kerten, Laweyan. Tempat wisata musik terbaru di Kota Solo ini dibagi menjadi tiga area utama diantaranya Galeri Lokananta, Taman Lingkar, dan area UMKM Food and Beverage (FnB).

Walau saat ini masih ada sejumlah kegiatan proyek di sana, Lokananta resmi dibuka untuk umum sejak peresmian pada Sabtu (3/6/2023). Setelah pekerjaan proyek selesai, Kawasan Lokananta bisa dilihat secara jelas dari pinggir jalan raya. Namun karena masih ada sedikit penataan dan pekerjaan proyek, seng penutup proyek ini masih menghalangi tampilan Lokananta yang baru dari jalan raya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Terdapat lahan luas yang membentang paling depan di halaman Lokananta. Lahan itu rencananya difungsikan untuk kantong parkir para pengunjung.

Setelah memarkirkan kendaraan, pengunjung akan melihat dua bangunan utama di kawasan Lokananta. Pertama, bangunan gedung hasil revitalisasi, yakni Galeri Lokananta. Kedua, bangunan gedung baru, yakni area UMKM dan FnB yang memanjang ke samping.

Selasar depan menjadi tempat pengunjung untuk menikmati makanan dari stan UMKM. Di bagian ini, tersedia kursi dan meja makan untuk pengunjung. Gedung UMKM dan FnB di bagian ini diisi oleh tujuh tenant meliputi Loske, Unfinished Cafe, Ruang Bahagia, Matalokal + Photomatic, Sawahita, Filosofi Kopi, Lokananta Record Store.

Tenant depan ini gedung baru, dan di atasnya dibikin area tribun [menghadap taman lingkar],” ucap Direktur Lokananta, Wendi Putranto, Rabu (7/6/2023).

Area ke dua, yakni taman lingkar. untuk masuk area taman lingkar, pengunjung harus menembus area tenant yang ada di depan lokasi parkir itu. Area ini bisa digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan lahan hijau yang berkapasitas 3.000 orang.

Ada pula diatasnya kawasan tribun atau amphitheater, yang bisa diakses bebas oleh pengunjung sembari menghirup udara terbuka. Area taman lingkar dan tribun ini menjadi tempat untuk menuangkan kreativitas para seniman dan musisi di ruang terbuka.

“Tribun tersebut sengaja dibuat oleh arsitek Andra Martin untuk pertunjukkan ke depannya,” kata dia.

Di samping tribun dan taman lingkar, terdapat ruangan tertutup yang bisa digunakan untuk melakukan rekaman. Area studio Lokananta ini menjadi peninggalan pada 1984.

“Diresmikannya 1985, oleh Menteri Penerangan Harmoko waktu itu, dan ini menjadi salah satu studio rekaman yang terbesar dan terluas dengan akustik terbaik pada zaman itu,” kata dia.

Semua peralatan rekaman di studio pada waktu itu berasal dari Inggris. Studio ini menjadi paling lengkap dan paling mewah pada zamannya.

“Studionya kami revitalisasi, karena peredam dari studio itu kena rayap. Kami turunkan semuanya, dan diganti dengan yang baru,” ucap dia.

Produk akustik di studio Lokananta sudah baru semua. Namun, tidak mengubah desain lama dari studio tersebut. Ada pula ruang perekaman, alat-alat perekam sudah diisi yang baru dan lengkap.

“Dulu sebelum direvitalisasi, itu menjadi kelemahan, karena alat-alat rekamannya lokananta banyak yang rusak,” jelas dia.

Jadi ketika ada artis yang ingin rekaman di studio ini. Mereka membawa perlengkapan sendiri, misalnya Glenn Fredly yang pernah membawa alat rekaman dua truk ke studio.

“Sekarang kondisinya benar-benar baru setelah direvitalisasi,” ucap dia.

Selanjutnya, area Galeri Lokananta. Area ini merupakan gedung cagar budaya. Walau gedung cagar buadaya ini dipugar, tapi tidak ada penambahan fisik lain di Galeri Lokananta.

“Di dalamnnya itu ada beberapa bangunan yang didesain baru, tapi ada juga seperti area Galeri Lokananta ini memang gedung cagar budaya. Jadi mereka hanya dipugar, terus dicat, kemudian diperbarui,” ungkap Direktur Lokananta, Wendi Putranto, saat ditemui di lokasi, pada Rabu (7/6/2023).

Area Galeri Lokananta dibagi menjadi dua konsep pameran, yakni pameran permanen dan pameran kontemporer. Area pameran permanen memiliki sembilan ruangan. Area ini menampilkan catatan perjalanan dan saksi bisu Lokananta menjadi Titik Nol Km Musik di Indonesia.

“Jadi pemeran lini masa itu merupakan pameran yang menceritakan sejarah sejak awal berdirinya Lokananta sampai masa kejatuhannya di 1999,” terang dia.

Area lini masa ruangan pertama dan kedua berhias artefak-artefak perjalanan musik dari 1951 sampai saat ini. Dua ruangan ini menjelaskan secara detail terkait timeline dan perjalanan Lokananta.

Ada pula wajah tokoh, alat musik, dan arsip musik yang mendukung nuansa tema yang dibangun di dua ruangan ini. Pengunjung bisa mencermati asal usul artefak secara jelas melalui narasi yang dituliskan. Di sini, pengunjung bisa menyaksikan kiprah masterpiece musik di Lokananta seperti Waldjinah, Buby Chen, Gesang, Titiek Puspa, Bing Slamet, hingga gubahan dalang Ki Narto Sabdo.

Perjalanan bisa dilanjutkan ke ruangan tiga yang bertema gamelan. Sesuai namanya, ruangan ini berisikan sejumlah alat musik gamelan yang lengkap.

Bereser ke sebelahnya, terdapat ruangan pameran bernama diskografi. Ruangan ini berisikan koleksi rekaman pita reel dengan format analog milik para master yang dulunya rekaman di Lokananta.

Beralih ke ruangan Bengawan Solo. Ruangan ini menceritakan proses tahapan sebuah rekaman. Mulai dari proses rekaman, produksi, sampai proses vinyl akan digambarkan di ruangan ini.

Disampingnya, ada ruangan anekanada. Ruangan ini berisikan 5.760 rilisan rekaman suara yang disimpan dalam kaset piringan hitam. Kondisi dari koleksi ini memang ada sebagian yang rusak, namun pengelola bisa menyelamatkan sejumlah album-album yang penting.

“Harusnya lebih banyak lagi, tapi karena ada yang rusak, tidak bisa dibetulkan lagi, yang bisa diselamatkan ya ini, ada 5.760 rilisan,” ucap dia.

Sejumlah album yang rusak disebabkan karena dimakan rayap, atau disimpan di ruangan yang kurang tepat. Karena perawatan album juga tidak bisa sembarangan. Pengelola sudah membentuk tim perawatan sendiri untuk mengurusnya.

“Kalau pameran itu memang harus sering-sering di cek, karena setiap hari tamu berdatangan, jadi mesti dilihat posisi bendanya sudah benar, apakah ada yang patah, apakah ada yang rusak,” kata dia

Koleksi vinyl paling lama adalah rekaman dari Indonesia Raya, sekitar 1957. Rekaman Indonesia Raya pada waktu itu masih tiga stanza. Durasi waktu pemutarannya lebih lama dari yang saat ini.

Kemudian yang terakhir adalah ruangan proklamasi yang didesain tiga dimensi. Di ruangan ini, Bung Karno pernah melakukan rekaman proklamasi pada 1951 untuk digandakan dan disebarkan ke seluruh pelosok tanah air.

“Digandakan oleh Lokananta menjadi piringan hitam, dan disebarluaskan di Indonesia melalui RRI, itu adalah koleksi yang paling menarik,” ucap dia.



Selanjutnya, terdapat pameran kontemporer yang digelar dalam tiga ruangan berderet. Ruangan ini berisi hasil karya para seniman dan musisi yang merupakan kolabolator Lokananta. Ruangan ini akan berganti-ganti temanya dalam periode tertentu.

“Pameran kontemporer ini menampilkan karya musisi di Indonesia yang merespon Lokananta,” ucap dia.

Untuk saat ini, ruangan ini diisi dengan karya milik enam seniman meliputi Bottlesmoker, Fajar Merah, Grafis Nusantara, Printed Melodies, Syaura Qotrunadha, White Shoes & The Couples Company. Mereka adalah seniman dari berbagai kota meliputi Bandung, Yogyakarta, Solo, dan Jakarta.

Bertemakan remastered, pameran kontemporer ini menyampaikan pesan hubungan erat yang saling menghidupi antara kerja perekaman dan pelaku ekosistem musik. Selain itu, tema ini juga menyampaikan pesan pentingnya pelestarian dan perawatan arsip rekaman studio Lokananta.

Pameran kontemporer ini dikuratori oleh Farah Wardani dan Felix Dass. Rencananya, pameran ini digelar selama enam bulan dari (3/6/2023) hingga (4/11/2023).

Lokananta yang baru tidak hanya menjadi perusahaan rekaman, studio musik, atau penggandaan kaset, dan CD. Tapi akan menjadi ruang kreatif publik, tempat pemberdayaan UKM dan UMKM, dan juga ruang pertunjukkan. Ke depan ada banyak pertunjukkan yang disiapkan untuk meramaikan Lokananta.

“Harta karun yang ada di dalam Lokananta ini belum semua di eksplor, anak-anak muda masih banyak yang belum tahu ini musik musik yang ada di Lokananta,” ucap dia.

Ke depan, pengelola akan mencoba mensosialisasikan musik-musik yang lama itu kepada anak muda. Jadi mereka bisa mengenal musik di Indonesia yang keren dan bagus pada masa-masa lawas.

“Yang dipamerkan ini rencananya akan disebarkan musiknya, jadi akan kami edarkan lagi, dalam format digital, untuk anak-anak muda, karena anak-anak muda belum ada yang dengar semua album ini,” ucap dia.



Ke depannya, model Galeri Lokananta mengarah pada sebuah museum. Untuk saat ini, pengelola masih mengupayakan agar Galeri Lokananta berstatus museum. Dari pengajuan ke Kemendikbud, tahapan survei, dan melengkapi persyaratan yang dibutuhkan.

“Kami sedang proses menuju ke sana [museum],” papar dia.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya